Penerimaan adalah kunci bagi hati yang sudah sampai pada titik terlelahnya.
Kenyataannya yang paling sulit saat kita menghadapi situasi diluar ekspektasi adalah belajar menerima. Misalnya saat hidup kita yang penuh dengan ketenangan, mengalir sesuai rencana, lalu tiba-tiba dihantam ombak besar yang tidak pernah diduga sebelumnya. Atau misalnya saat kita sudah berikhtiar dengan sungguh-sungguh, namun hasil yang didapatkan jauh dari harapan.
Saat itulah perasaan berserah kita pada Allah sedang diuji. Jika kondisi iman sedang lemah, akan sulit untuk bersangka baik, bahkan bisa jatuh dalam jurang keputusasaan. Sebaliknya jika iman dalam keadaan baik, justru perasaan menggalaukan tadi bisa kita jadikan sebagai pengingat, bahwa kita hanya makhluk kecil yang butuh Allah sebagai sandaran. Betapa sering kita merasakan kenikmatan menangis dalam sujud, kenikmatan curhat padaNya, kenikmatan memohon ampun padanNya, justru saat kita sedang berada di titik terbawah.
Karena itu berdoalah untuk selalu dikuatkan dan dilembutkan hatinya, sehingga saat mengalami ujian, justru tawakkal kita semakin bertambah. Juga kesadaran akan penyerahan diri sepenuhnya padaNya, sembari tetap mengusahakan ikhtiar terbaik.
Selain itu hal yang perlu dilatih adalah bersabar dalam keadaan sempit maupun lapang. Bersabar dalam keadaan sempit agar hati senantiasa diluaskan dalam menghadapi musibah. Bersabar dalam keadaan lapang agar tidak lalai dan terlena dengan segala kenikmatan. Karena nikmat dan musibah tergantung dari cara menyikapi takdir. Apakah kenikmatan atau musibah tersebut semakin membawa kita dekat denganNya, atau sebaliknya. Seperti yang ditulis Ibnul Qayyim rahimahullah dalam bukunya Fawaidhul Fawaidh yang menjelaskan tentang hikmah QS 2:216 : 'apabila seorang hamba mengetahui bahwa sesuatu yang dibencinya terkadang justru mendatangkan sesuatu yang dicintai, dan sesuatu yang dicintainya terkadang justru mendatangkan sesuatu yang dibenci, maka ia tidak akan merasa aman dari bahaya saat dianugerahi kebahagiaan, dan tidak akan putus asa saat ditimpa kesulitan.'
Karena kita tidak pernah tahu kesudahan dari segala sesuatu :).
Kita harus meyakini bahwa segala yang ada dalam genggaman, dan segala yang terlewat, adalah sebaik-baik takdir. KetetapanNya tidak akan meleset sesentipun, tidak akan terlambat sedetikpun. Dan hal ini bisa dilakukan saat tawakkal kita padaNya sudah baik, keyakinan kita padaNya sudah kokoh.
Terakhir, jangan terbiasa berlaku melankolik dalam menyikapi ujian hidup. Karena kita juga bisa memilih untuk tetap bersemangat. Boleh menangis atau bergalau, tapi jangan sampai membuang waktu. Dunia terus berputar tanpa peduli apa yang kita alami. Merutuki nasib tanpa berbuat apapun hanya akan membuat kita semakin tertinggal.
Jangan lupa bahwa setiap masalah datang sepaket dengan solusi. Dan jarak antara masalah dan solusi adalah ruang bagi kita untuk menempa diri, melatih kesabaran, memupuk kedewasaan, dll. Bukan masalah kapan solusinya akan datang, tapi bagaimana mental kita selama menjalani masa jeda tersebut.
Tetaplah bersabar dengan kesabaran yang indah, jangan lupa kita punya Allah sebagai sandaran, jangan lupa setiap urusan kita sempurna dalam genggamanNya.
Habis dengerin kisah seorang kakak :)
Kenyataannya yang paling sulit saat kita menghadapi situasi diluar ekspektasi adalah belajar menerima. Misalnya saat hidup kita yang penuh dengan ketenangan, mengalir sesuai rencana, lalu tiba-tiba dihantam ombak besar yang tidak pernah diduga sebelumnya. Atau misalnya saat kita sudah berikhtiar dengan sungguh-sungguh, namun hasil yang didapatkan jauh dari harapan.
Saat itulah perasaan berserah kita pada Allah sedang diuji. Jika kondisi iman sedang lemah, akan sulit untuk bersangka baik, bahkan bisa jatuh dalam jurang keputusasaan. Sebaliknya jika iman dalam keadaan baik, justru perasaan menggalaukan tadi bisa kita jadikan sebagai pengingat, bahwa kita hanya makhluk kecil yang butuh Allah sebagai sandaran. Betapa sering kita merasakan kenikmatan menangis dalam sujud, kenikmatan curhat padaNya, kenikmatan memohon ampun padanNya, justru saat kita sedang berada di titik terbawah.
Karena itu berdoalah untuk selalu dikuatkan dan dilembutkan hatinya, sehingga saat mengalami ujian, justru tawakkal kita semakin bertambah. Juga kesadaran akan penyerahan diri sepenuhnya padaNya, sembari tetap mengusahakan ikhtiar terbaik.
Selain itu hal yang perlu dilatih adalah bersabar dalam keadaan sempit maupun lapang. Bersabar dalam keadaan sempit agar hati senantiasa diluaskan dalam menghadapi musibah. Bersabar dalam keadaan lapang agar tidak lalai dan terlena dengan segala kenikmatan. Karena nikmat dan musibah tergantung dari cara menyikapi takdir. Apakah kenikmatan atau musibah tersebut semakin membawa kita dekat denganNya, atau sebaliknya. Seperti yang ditulis Ibnul Qayyim rahimahullah dalam bukunya Fawaidhul Fawaidh yang menjelaskan tentang hikmah QS 2:216 : 'apabila seorang hamba mengetahui bahwa sesuatu yang dibencinya terkadang justru mendatangkan sesuatu yang dicintai, dan sesuatu yang dicintainya terkadang justru mendatangkan sesuatu yang dibenci, maka ia tidak akan merasa aman dari bahaya saat dianugerahi kebahagiaan, dan tidak akan putus asa saat ditimpa kesulitan.'
Karena kita tidak pernah tahu kesudahan dari segala sesuatu :).
Kita harus meyakini bahwa segala yang ada dalam genggaman, dan segala yang terlewat, adalah sebaik-baik takdir. KetetapanNya tidak akan meleset sesentipun, tidak akan terlambat sedetikpun. Dan hal ini bisa dilakukan saat tawakkal kita padaNya sudah baik, keyakinan kita padaNya sudah kokoh.
Terakhir, jangan terbiasa berlaku melankolik dalam menyikapi ujian hidup. Karena kita juga bisa memilih untuk tetap bersemangat. Boleh menangis atau bergalau, tapi jangan sampai membuang waktu. Dunia terus berputar tanpa peduli apa yang kita alami. Merutuki nasib tanpa berbuat apapun hanya akan membuat kita semakin tertinggal.
Jangan lupa bahwa setiap masalah datang sepaket dengan solusi. Dan jarak antara masalah dan solusi adalah ruang bagi kita untuk menempa diri, melatih kesabaran, memupuk kedewasaan, dll. Bukan masalah kapan solusinya akan datang, tapi bagaimana mental kita selama menjalani masa jeda tersebut.
Tetaplah bersabar dengan kesabaran yang indah, jangan lupa kita punya Allah sebagai sandaran, jangan lupa setiap urusan kita sempurna dalam genggamanNya.
Habis dengerin kisah seorang kakak :)
Komentar