Tiga tahun menikah, banyak hal yang kami lalui sebagai pasangan. Mulai dari masa adaptasi di awal, masa kasmaran, masa berantem, baikan, berantem lagi, masa sayang-sayangan, masa diem-dieman, dll. Dinamika pernikahan ini memberikan warna tersendiri dalam hidup kami. Dari banyak hal yang dilewati, bagi saya pribadi, ada beberapa hal positif yang -secara tidak sengaja- saya dapatkan dari pernikahan ini.
Setelah menikah, rasanya lebih terjaga karena memang saya mulai membatasi interaksi tidak penting dengan lawan jenis. Saya akan berpikir 2 kali sebelum membalas story teman laki-laki. Kalau tidak penting mending tidak usah. Interaksi offline maupun online saya batasi hanya urusan pekerjaan atau urusan yang benar-benar penting. Selebihnya, ya untuk apa.
2. Terjaga dari kesiaan waktu.
Berbeda dengan saat masih single, saat waktu luang saya lebih banyak, setelah menikah apalagi setelah punya anak, saya cukup kesulitan untuk sekedar me time. Hampir semua waktu saya digunakan untuk keluarga. Bahkan untuk sekedar scrolling pun, kadang saya sampai lupa dimana terakhir meletakkan hp. Nah, hikmahnya adalah, waktu saya terjaga dari hal yang sia-sia. Karena kita tahu, me time itu mubah tapi jika dilakukan secara berlebihan ya pada akhirnya waktu kita sia-sia. Karena memang waktu luang adalah salah satu nikmat yang banyak orang tergelincir di dalamnya.
3. Melek Finansial.
Sebagian besar pengeluaran kami sebelum menikah adalah untuk diri sendiri, untuk YOLO, dan membeli semua yang tidak bisa dibeli sebelumnya. Saat itu penghasilan kami terasa lebih dari cukup untuk dinikmati. Tetapi setelah menikah, kami akhirnya sadar, bahwa tanggung jawab kami jauh lebih besar sekarang. Ada yang harus dicukupi kebutuhannya sebelum menuruti keinginan sendiri. Menikah menyadarkan kami bahwa penghasilan digunakan bukan untuk menikmati hidup, tapi merencanakan hidup. Yang akhirnya membuat kami tergerak untuk belajar mengatur keuangan jangka panjang.
4. Belajar meregulasi emosi.
Sebelum menikah saya merasa bahwa saya adalah orang paling cuek, jarang marah, dan sabar. Setelah menikah saya baru sadar ternyata selama ini saya bukannya penyabar, tapi memang tidak ada hal bersinggungan dengan emosi temperamental saya. Setelah menikah saya mulai menyadari beberapa emosi yang jarang saya rasakan sebelumnya. Tinggal bersama orang lain selama 24/7 akan membuat banyak kepentingan kita yang bersinggunggan satu sama lain, yang tidak jarang memancing emosi. Dari sinilah saya akhirnya mulai belajar meregulasi emosi. Dengan mulai mengenali perasaan sendiri, sampai berusaha fokus ke solusi daripada menghabiskan energi untuk menyalahkan.
Mungkin saat ini hanya itu saja yang bisa saya tuliskan. Tapi nafas pernikahan kami masih panjang, dan masih banyak hal yang akan kami lewati bersama, masih banyak hal yang akan menjadi pembelajaran.
Memasuki tahun ketiga pernikahan, kami mulai lebih selow dan mulai bisa menerima kekurangan masing-masing (hal yang tentu saja susah di awalnya). Mulai bisa belajar untuk memperbaiki diri juga. Doa kami tak pernah berubah: semoga pernikahan yang masih seumur jagung ini senantiasa dikaruniai sakinah di dalamnya. Semoga dinamikanya tidak membuat kami lelah untuk tetap berjalan beriringan.
Happy early anniversary for us!
Komentar