Langsung ke konten utama

Perkembangan bahasa dan komunikasi Maryam

Akhirnya Maryam sampai juga di salah satu milestone besar: memasuki usia 2 tahun. 2 tahun pertama yang katanya merupakan periode emas yang tidak bisa terulang lagi. 2 tahun pertama dimana pertumbuhan terjadi sangat pesat. 2 tahun pertama dimana 80% otak terbentuk.


Rasanya campur aduk bisa sampai di sini. Ada rasa bahagia, bangga, sedih, juga menyesal. Bahagia karena sampai sekarang, anaknya sehat dan aktif. Bangga karena bisa menyaksikan sendiri dia melalui milestonenya satu persatu. Sedih karena masa-masa yang sudah terlewati ini tidak bisa terulang lagi. Dan ada rasa menyesal juga karena merasa belum bisa memberikan yang terbaik. Terlahir di masa pandemi, kontrol rutinnya hampir nggak pernah karena kami parno ke rumah sakit. Imunisasinya akhirnya ikut yang kejar karena tidak bisa tepat waktu. Saya juga sering mengabaikan dia dan membiarkannya main sendiri karena saya juga  masih bekerja.


Nutrisi dan stimulasi menjadi fokus utama saya dalam 2 tahun pertama ini. Sejak masih ASI sampai memasuki masa MPASI, ini selalu memakan porsi terbanyak dari perhatian saya. Maryam sempat mengalami GTM, sampai akhirnya naik turun tekstur. Berat badannya stuck dan saya stres sendiri. Sempat mengalami waktu tidur yang tidak beraturan. Meskipun sekarang sudah jauh lebih baik. Jadwalnya teratur, dan makannya juga mulai membaik.


Tapi benar memang bahwa menjadi ibu adalah tentang berpindah dari satu kekhawatiran ke kekhawatiran lainnya.


Selesai soal makan dan berat badan, kita berpindah ke masalah berikutnya: perkembangan bahasa dan komunikasinya terlambat. Sebenarnya sampai usia 1 tahun perkembangannya cukup bagus. Sebelum usia 6 bulan dia sudah menoleh saat dipanggil nama, sebelum usia 1 tahun sudah ada kata pertama: nyo untuk minum. Tambah lagi meong untuk kucing.


Tapi hanya stuck disitu. Jika menginginkan sesuatu dia mengambil tangan kami dan menuntun kami untuk menunjukkan apa yang dia inginkan. Alih alih dengan berbicara atau menunjuk. Salah satu yang saya sadari sejak awal, anak ini fokusnya kurang. Bahkan almost zero. Susah sekali membuat dia berada dalam percakapan, atau setidaknya membuat dia mau melihat mata kami.


Satu hal yang membuat saya sempat khawatir, di usia 18 bulan Maryam jarang menunjuk, jika kami menunjuk sesuatu dia bukan melihat apa yang ditunjuk, tapi melihat jari kami. Hampir tidak ada kontak mata, dan belum bisa memanggil kedua orang tuanya. Dia juga mulai tidak peduli saat namanya dipanggil. Dan dia melakukan stimming hampir setiap saat. All the signs I mentioned are the common signs for Autism Spectrum Disorder (ASD). Tapi kami bukan profesional yang bisa mendiagnosis. Kami akhirnya memutuskan untuk membawanya ke dokter anak, saat itu belum langsung ke dokter tumbuh kembang. Karena saya yakin masalah tumbuh kembang adalah kompetensi yang dimiliki oleh semua dokter anak.


Dokter pertama menyarankan untuk terapi. Jadi dirujuk lagi ke dokter rehab medik. Tapi saya masih merasa berat melepas anak saya untuk terapi. Kata terapi masih terdengar menakutkan. Maryam masih sangat takut dengan orang asing. Selain itu kami juga diberi pengantar untuk melakukan CT scan karena ubun-ubunnya masih belum menutup di usia ini, yang seharusnya usia 18 bulan sudah menutup sempurna.


Kedua hal itu membuat saya merasa sangat berat. Kami memutuskan untuk mencari second opinion.


Di dokter kedua, kami disarankan untuk lebih banyak menstimulasi. Dicoba pelan-pelan setiap hari dan menghentikan screen time (yes, kami ngasih screen time tapi ini akan dibahas nanti di tulisan lain kalau mood).


Long story short, akhirnya mulai terlihat kemajuan yang signifikan dalam kemampuan bicaranya. Tanda tanda yang saya sebutkan di awal mulai menghilang. Kosa katanya bertambah, dia juga bisa menceritakan kembali isi buku meskipun dengan bahasa dan artikulasi yang belum jelas. Dia mulai cerewet dan mulai bisa mengekspresikan apa yang dia inginkan. Juga mulai bisa meniru kata-kata orang lain. Di usia 22 bulan dia mulai hafal alfabet, huruf hijaiyah, menghafal warna, angka, lagu-lagu, dll.


Kosakatanya sudah cukup banyak, dia juga paham instruksi sederhana. Hanya saja kekhawatiran saya nggak hilang begitu saja. Di usia 2 tahun seharusnya dia sudah bisa membuat kalimat dengan 2 kata. Saya paham karena mungkin dia baru catch up dari ketinggalannya sehingga belum bisa menyamai perkembangan yang seharusnya. Tapi lagi-lagi overthinking saya nggak bisa berhenti. Di kepala saya selalu muncul perdebatan. 


Tidak apa-apa, anak ini akan catch up pada waktunya.

Vs

Mumpung masih 2 tahun dan ketinggalannya belum jauh, lebih cepat diintervensi lebih baik.


Berdiam diri jelas bukan solusi. Karena sejujurnya kami juga sudah sangat sering menstimulasi di rumah. Dalam keadaan apapun saya hampir tidak pernah berhenti mengoceh di depan Maryam. Belum lagi kebiasaan membacakan buku, karena anak ini sangat suka dengan buku. Tapi saya merasa kemajuannya belum signifikan.


Di umur 2 tahun sudah cukup banyak kosakata walaupun masih belum sesuai perkembangan yang seharusnya. Dan yang membuat saya khawatir adalah sudah ada redflag yang terlihat. Yang mana anak ini belum bisa membuat kalimat dengan minimal 2 kata.


Akhirnya saat saya membawa Maryam untuk imunisasi di puskesmas, saya sekalian 'curhat' soal kekhawatiran saya. Saya lalu diberikan rujukan ke dokter anak. Kali ini kami sudah pindah kota, jadi dokternya beda lagi.


2 jam antri di pendaftaran, 3 jam antri di poli anak. Total 5 jam mengantri tanpa main hp. Saya hanya melihat ke jam, menghitung nomor antrian di layar, sesekali bicara dengan sesama ibu-ibu yang juga mengantri. Saya sampai bertanya-tanya dalam hati, apakah harus sampai sebegininya hanya untuk kekhawatiran soal kemampuan bicara dan bahasanya.


Tapi kalau bukan saya yang peduli, siapa lagi? Lagipula fasilitasnya ada, uangnya ada, bahkan kali ini ditanggung bpjs.

Better safe than sorry, lebih baik lebay daripada abai.


Akhirnya ketemu dokter anak. Maryam diobservasi, saya diwawancara. Diagnosisnya speech delay, dan dirujuk ke dokter rehab medik untuk dilihat terapi apa yang cocok atau bahkan mungkin belum perlu terapi.


Pertemuan dengan dokter rehab medik masih harus menunggu sampai ada jadwal yang kosong. Sekitar seminggu kemudian saya dihubungi untuk jadwal dokternya dan besoknya saya langsung ke rumah sakit untuk daftar. Singkat cerita saya bertemu dengan dokter rehab medik. Dari hasil observasinya dokter melihat kontak mata ada tapi masih kurang, belum konsisten saat dipanggil namanya, dan atensi juga masih kurang. Kami akhirnya dijadwalkan untuk Okupasi Terapi dan Terapi Wicara selang seling 2 minggu sekali selama 3 bulan.


Dan hari ini hari pertama Maryam terapi.


Saya belum bisa bilang kalau saya sudah lega. Saya belum bisa bilang overthinking nya hilang. Tapi setidaknya saya tidak lagi merasa clueless dan cemas karena tidak melakukan apa-apa. Setidaknya sudah ada langkah yang saya ambil. Apapun hasilnya nanti, setidaknya saya sudah berusaha, setidaknya saya tidak diam di tempat.


Anyways, happy belated birthday my forever baby girl. Apapun usaha kami hari ini, semoga kamu nanti memetik buah baiknya. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Glimpse of Memorable Memories

I am writing this with Kiss the Rain and Stay in Memory by Yiruma playing in Youtube. It seriously making me baper . I am trying to remember every single thing we've been through together in the past 3 months. But this is not gonna be a long post that show every details. It's just the voice of  my heart (I don't know how to say curahan hati in English). Sorry if there are some things missed. Our story started at 29th of November 2015. In the day before the opening of our course program, we decided to meet in the gate of ITB for looking for a language center building. There were only 8 of us. Some of us maybe already knew each other because we came from the same region. But mostly, that was our first meet. Oh yes, I already met Cintya the beautiful moon accidentally in Juanda airport before. The next day, we finally met each other. All of us. I remember we sat in the front, introduced our name and the place where we came from. I also remember the Jembernese came togethe...

Perempuan, jodoh dan S2.

Kemarin saya dan Mama saya ngobrol santai di meja makan. Tiba-tiba bahasannya menyerempet ke arah jodoh. Sebenarnya saya selalu menghindari topik macam begini dengan keluarga saya. " Kamu kalau udah umur 25 belum nikah, udah susah cari jodoh nanti. S2 lagi" Tante saya juga pernah bilang : "Kamu nggak mau sama si X? Dia S2 juga loh" Wkwk xD Ada yang perlu saya luruskan disini: Saya tidak pernah menganggap kuliah sebagai sarana mencari ijazah lalu pamer gelar dan lantas pilih-pilih teman apalagi jodoh. Allah tidak menilai orang dari ijazah, lantas saya siapa mau pilih suami dari strata pendidikan? Wkwk. Alasan saya melanjutkan studi S2 bukan biar uang panai jadi tinggi macam yang di meme itu xD. Bahkan kalau misalnya saya juga menganggap diri saya sebuah barang yang bisa dilabeli dengan harga, saya juga tidak akan melabeli diri saya dengan harga tinggi. Kenapa? Saya yang tau  diri saya dengan semua kekurangannya. Dari segi akademik saya bukan mahasiswa yan...

Pada Deretan Huruf

Pada deretan huruf, aku tuliskan cerita. Tentang kita yang menyapa pagi, meramu siang, dan menghimpun malam. Kita yang sebelumnya tak saling kenal, dunia kita tak bersentuhan, lingkaran kita tak beririsan, lantas dipertemukan dalam suatu epidode yang mengakrabkan kita dengan cara istimewa. Pada deretan huruf, aku abadikan kisah. Tentang kau dan aku yang beda, yang tak serupa, tapi berjalan beriringan. Setiap kata merapalkan kejujuran, bahwa setiap beda tak mesti bertentang. Hal yang kadang membuat kita berdebat, nyatanya tetap bisa membuat kita tertawa bersama. Pada deretan huruf, aku rekam setiap momen. Tentang kau yang memahamkanku bahwa dunia bukanlah ruang sempit. Ia tak melulu tentang barat dan timur, atau utara dan selatan. Kau pula yang memahamkanku bahwa kita adalah bagian dari milyaran manusia, yang tertakdir bertemu disini. Pada deretan huruf, aku bekukan kenangan. Tentang kita yang selalu berceloteh bahwa hari seperti dilipat, dan harapan agar ia bisa sedikit melambat....