Langsung ke konten utama

Ibu (bekerja di) rumah tangga

 Sejak jadi ibu pace hidup aku kayak orang lomba lari yang kadang full power kadang ngos-ngosan. Nggak kok ini aku nggak sedang mengeluh, cuma mendokumentasikan aja apa yang aku rasakan selama ini.

Sejak anakku lahir dan memutuskan untuk tetap bekerja, hidupku kayak selalu diburu-buru sesuatu yang nggak tau apa😆. Aku wfh dan cuma ngajar di sore hari dan malam hari. Tapi karena aku juga ibu rumah tangga, maka jam kerjaku dimulai sejak pagi. Sejak pagi yang di pikiranku adalah untuk bisa ngajar dengan tenang nanti, maka segala hal harus dibereskan sedini mungkin. Semua pekerjaan rumah tangga kulakukan sambil mengurus anak. Sendiri tanpa nanny, art, orang tua atau mertua.

Tahun pertama aku tantrum dan sudah mengajukan resign ke kantor. Tapi aku takut akan lebih stres kalau tidak bekerja. Kuputuskan untuk tetap kerja sambil mengubah strategi.

Seiring dengan bertambahnya usia anakku, banyak hal yang mulai bisa dioptimasi dan diotomasi. Aku harus menjadwalkan segalanya sejak anakku bangun sampai tidur lagi. Jam bangunnya akan memengaruhi jam sarapan, jam sarapan berdampak pada jam makan siang, jam makan siang menentukan jam tidur siang, dan jam tidur siang akan menentukan jam makan malam, dimana jam makan malam ini beririsan dengan jam kerjaku :). Lalu jam makan malamnya menentukan jam tidur malam, yang nanti akan menentukan waktu bangunnya esok hari.

Di luar jadwal itu, tentu saja masih ada jadwal-jadwal lain seperti mencuci 3 kali seminggu, menyetrika sekali seminggu, mengosek kamar mandi sekali seminggu, memasak beberapa kali seminggu, membersihkan rumah berkali-kali dalam sehari. Dan beban mentalnya masih ditambah dengan anakku makan apa hari ini, makanannya harus enak, variatif, protein hewani, bergizi, tinggi kalori. Belum lagi jadwal mencuci yang harus berburu dengan jadwal hujan xD

Mungkin pekerjaanku tidak banyak, tapi pikiranku selalu riuh. Bahkan saat santai pun, yang kupikirkan adalah apa lagi yang harus kukerjakan sekarang agar nanti tidak tergesa.

Dulu aku selalu kagum dengan perempuan-perempuan berdaya di luar sana. Karirnya cemerlang, anak-anaknya hebat, tapi ternyata untuk bisa sampai kesitu, butuh perjuangan dan support system. Sesuatu yang masih ku usahakan sampai hari ini.

Menjadi ibu bekerja ternyata tidak semudah itu. Prinsipku untuk tuntas domestik sebelum terjun keluar, memaksaku untuk keluar dari zona nyaman. Tapi walaupun dengan jam kerja yang bertambah, aku ternyata tetap bisa melakukan semuanya.

Bahkan bisa punya waktu istirahat siang yang sangat kubutuhkan mengingat hariku dimulai sejak subuh dan berakhir diatas jam 9 malam. Terima kasih untuk atasanku yang juga suamiku yang mau memaklumi keleletanku xD

Tentu saja banyak hal yang harus kulepaskan, tidak ada lagi drakor setiap malam karena mengambil jatah quality time bersama anakku sebelum tidur. Waktu istirahat ngajar digunakan untuk menyuapi anak, dan jadwal me time digeser ke subuh (yang isinya ya mostly ibadah sambil nunggu cucian). Dan tentu saja selamat tinggal karir profesional, aku sudah betah jadi ibu rumah tangga yang menyambi ngajar :)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Glimpse of Memorable Memories

I am writing this with Kiss the Rain and Stay in Memory by Yiruma playing in Youtube. It seriously making me baper . I am trying to remember every single thing we've been through together in the past 3 months. But this is not gonna be a long post that show every details. It's just the voice of  my heart (I don't know how to say curahan hati in English). Sorry if there are some things missed. Our story started at 29th of November 2015. In the day before the opening of our course program, we decided to meet in the gate of ITB for looking for a language center building. There were only 8 of us. Some of us maybe already knew each other because we came from the same region. But mostly, that was our first meet. Oh yes, I already met Cintya the beautiful moon accidentally in Juanda airport before. The next day, we finally met each other. All of us. I remember we sat in the front, introduced our name and the place where we came from. I also remember the Jembernese came togethe...

Perempuan, jodoh dan S2.

Kemarin saya dan Mama saya ngobrol santai di meja makan. Tiba-tiba bahasannya menyerempet ke arah jodoh. Sebenarnya saya selalu menghindari topik macam begini dengan keluarga saya. " Kamu kalau udah umur 25 belum nikah, udah susah cari jodoh nanti. S2 lagi" Tante saya juga pernah bilang : "Kamu nggak mau sama si X? Dia S2 juga loh" Wkwk xD Ada yang perlu saya luruskan disini: Saya tidak pernah menganggap kuliah sebagai sarana mencari ijazah lalu pamer gelar dan lantas pilih-pilih teman apalagi jodoh. Allah tidak menilai orang dari ijazah, lantas saya siapa mau pilih suami dari strata pendidikan? Wkwk. Alasan saya melanjutkan studi S2 bukan biar uang panai jadi tinggi macam yang di meme itu xD. Bahkan kalau misalnya saya juga menganggap diri saya sebuah barang yang bisa dilabeli dengan harga, saya juga tidak akan melabeli diri saya dengan harga tinggi. Kenapa? Saya yang tau  diri saya dengan semua kekurangannya. Dari segi akademik saya bukan mahasiswa yan...

Pada Deretan Huruf

Pada deretan huruf, aku tuliskan cerita. Tentang kita yang menyapa pagi, meramu siang, dan menghimpun malam. Kita yang sebelumnya tak saling kenal, dunia kita tak bersentuhan, lingkaran kita tak beririsan, lantas dipertemukan dalam suatu epidode yang mengakrabkan kita dengan cara istimewa. Pada deretan huruf, aku abadikan kisah. Tentang kau dan aku yang beda, yang tak serupa, tapi berjalan beriringan. Setiap kata merapalkan kejujuran, bahwa setiap beda tak mesti bertentang. Hal yang kadang membuat kita berdebat, nyatanya tetap bisa membuat kita tertawa bersama. Pada deretan huruf, aku rekam setiap momen. Tentang kau yang memahamkanku bahwa dunia bukanlah ruang sempit. Ia tak melulu tentang barat dan timur, atau utara dan selatan. Kau pula yang memahamkanku bahwa kita adalah bagian dari milyaran manusia, yang tertakdir bertemu disini. Pada deretan huruf, aku bekukan kenangan. Tentang kita yang selalu berceloteh bahwa hari seperti dilipat, dan harapan agar ia bisa sedikit melambat....