Langsung ke konten utama

31

 Kebetulan kemarin baru ulang tahun yang ke 31 bareng suami, dan kami merayakannya di UGD Rumah Sakit :)))

Alhamdulillah ala kulli haal

Dalam sebulan belakangan ada cukup banyak pemicu stress yang bikin saya cukup kewalahan. Tapi selama saya bisa punya waktu tidur malam yang cukup, maka saya baik-baik saja.

2 diantara stressor tersebut adalah berita duka yang begitu mendadak. Sebagai sesorang yang takut kehilangan, dada saya sesak setiap kali mengingat kejadiannya. Salah satu keluarga yang kami sayangi berpulang, begitu cepat. Semakin memahamkan saya bahwa kematian itu begitu dekat. Bahwa hidup kita cuma sebentar saja di dunia.

Setiap kali ada berita duka, selain mendoakan almarhum, saya juga berdoa semoga Allah memberi kelapangan untuk keluarga yang ditinggalkan, karena memang sesakit itu merasakan perubahan yang mendadak, butuh waktu cukup lama untuk membiasakan diri dengan ketiadaan seseorang.

Saya pun berdoa jika kelak orang tua saya yang dipanggil duluan, hati saya diberi kelapangan, dan saya tetap diberikan jalan untuk berbakti. Dan semoga kelak bisa berjumpa lagi di kehidupan abadi di akhirat.

Sesederhana itu keinginan di usia tiga satu.


Berita lainnya juga tentang kehilangan, yang membuat saya prihatin dan merasa simpati. Sebagai seseorang yang pernah berada dalam keadaan tidak punya tujuan hidup lagi, saya bersyukur Allah masih memberi sedikit cahaya sehingga jalan saya tidak gelap gulita. Dalam kesendirian saya belajar mengenal diri sendiri, dan belajar mencintai kehidupan.

Stressor lainnya adalah anak dan suami gantian sakit. Dan sebagai perantau, saya satu-satunya caretaker yang mengurus semuanya. Alhamdulillah sudah lewat, tapi saya semacam kembali diingatkan: bahwa mencintai itu menguras waktu dan tenaga, belum lagi beban pikiran. Bahwa jatuh cinta dan mencintai adalah 2 hal berbeda. Mencintai adalah tentang memberikan waktu, pikiran, dan tenaga yang kita punya secara kontinu, serta mempertahankan keinginan-keinginan baik kepada orang yang kita cintai. Berbuat baik bisa dilakukan semua orang, tapi memberikan yang terbaik secara terus-menerus hanya bisa dilakukan oleh orang-orang yang mencintai dengan tulus.

Sejak jadi istri dan ibu, semua perihal rumah tangga saya yang menangani. Sebagai seorang yang tidak terlalu akrab dengan urusan kerumahtanggaan, saya cukup kewalahan dan sering mengeluh. Meskipun semakin kesini, semakin terbiasa dan badan saya secara otomatis melakukannya.

Saya hanya berharap, semoga tumpukan cucian, setrikaan, cucian piring, dan semua pekerjaan rumah dan urusan pengasuhan ini menjadi amal kebaikan dan wasilah keberkahan untuk keluarga kami. Semoga setiap kesibukan adalah kesibukan yang baik, membuat kami jauh dari perkara mubah yang berlebihan, atau bahkan perkara maksiat.

Sekali lagi diingatkan bahwa hidup adalah perjalanan dari satu amanah ke amanah lainnya. Masa keemasan di usia 20an sudah lewat. Masa dimana waktu dan tenaga masih melimpah. Sekarang saat waktu begitu terbatas dengan banyaknya list tugas, sementara tenaga tidak seprima dulu, dengan orang-orang yang begitu bergantung terhadap kita, maka semoga Allah mampukan untuk menyelesaikan setiap amanah dengan baik.

Semoga kita bisa menjadi dewasa yang bertanggung jawab, menyayangi orang-orang di sekitar dengan tulus, menyayangi diri sendiri, menuntaskan setiap kewajiban, dan tidak lupa menyiapkan pertemuan dengan Allah kelak. Mari hidup dengan baik dan mensyukuri sisanya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Glimpse of Memorable Memories

I am writing this with Kiss the Rain and Stay in Memory by Yiruma playing in Youtube. It seriously making me baper . I am trying to remember every single thing we've been through together in the past 3 months. But this is not gonna be a long post that show every details. It's just the voice of  my heart (I don't know how to say curahan hati in English). Sorry if there are some things missed. Our story started at 29th of November 2015. In the day before the opening of our course program, we decided to meet in the gate of ITB for looking for a language center building. There were only 8 of us. Some of us maybe already knew each other because we came from the same region. But mostly, that was our first meet. Oh yes, I already met Cintya the beautiful moon accidentally in Juanda airport before. The next day, we finally met each other. All of us. I remember we sat in the front, introduced our name and the place where we came from. I also remember the Jembernese came togethe...

Perempuan, jodoh dan S2.

Kemarin saya dan Mama saya ngobrol santai di meja makan. Tiba-tiba bahasannya menyerempet ke arah jodoh. Sebenarnya saya selalu menghindari topik macam begini dengan keluarga saya. " Kamu kalau udah umur 25 belum nikah, udah susah cari jodoh nanti. S2 lagi" Tante saya juga pernah bilang : "Kamu nggak mau sama si X? Dia S2 juga loh" Wkwk xD Ada yang perlu saya luruskan disini: Saya tidak pernah menganggap kuliah sebagai sarana mencari ijazah lalu pamer gelar dan lantas pilih-pilih teman apalagi jodoh. Allah tidak menilai orang dari ijazah, lantas saya siapa mau pilih suami dari strata pendidikan? Wkwk. Alasan saya melanjutkan studi S2 bukan biar uang panai jadi tinggi macam yang di meme itu xD. Bahkan kalau misalnya saya juga menganggap diri saya sebuah barang yang bisa dilabeli dengan harga, saya juga tidak akan melabeli diri saya dengan harga tinggi. Kenapa? Saya yang tau  diri saya dengan semua kekurangannya. Dari segi akademik saya bukan mahasiswa yan...

Pada Deretan Huruf

Pada deretan huruf, aku tuliskan cerita. Tentang kita yang menyapa pagi, meramu siang, dan menghimpun malam. Kita yang sebelumnya tak saling kenal, dunia kita tak bersentuhan, lingkaran kita tak beririsan, lantas dipertemukan dalam suatu epidode yang mengakrabkan kita dengan cara istimewa. Pada deretan huruf, aku abadikan kisah. Tentang kau dan aku yang beda, yang tak serupa, tapi berjalan beriringan. Setiap kata merapalkan kejujuran, bahwa setiap beda tak mesti bertentang. Hal yang kadang membuat kita berdebat, nyatanya tetap bisa membuat kita tertawa bersama. Pada deretan huruf, aku rekam setiap momen. Tentang kau yang memahamkanku bahwa dunia bukanlah ruang sempit. Ia tak melulu tentang barat dan timur, atau utara dan selatan. Kau pula yang memahamkanku bahwa kita adalah bagian dari milyaran manusia, yang tertakdir bertemu disini. Pada deretan huruf, aku bekukan kenangan. Tentang kita yang selalu berceloteh bahwa hari seperti dilipat, dan harapan agar ia bisa sedikit melambat....