Itu yang selalu saya minta sama Allah. Doa meminta kemudahan dalam setiap urusan, atau meminta jalan keluar untuk setiap masalah, perlahan berganti dengan doa meminta kekuatan untuk menghadapi setiap masalah, dan meminta kelapangan untuk menerima apapun hasil dari usaha saya.
Dulu saat SMP saya gagal mewakili sekolah saya di ajang olimpiade, dulu peringkat saya pernah merosot sangat tajam, dulu saya gagal di Ujian Nasional SMA, sampai saya harus menahan malu untuk masuk sekolah lagi saat teman-teman lain mulai mempersiapkan ujian masuk universitas. Saya juga gagal masuk perguruan tinggi impian saya selepas SMA. Lalu saya gagal dua kali masuk pascasarjana ITB, saat semua teman-teman saya berhasil masuk universitas pilihan mereka. Saya menjadi satu-satunya yang gagal. Selain itu, masih banyak lagi kegagalan, kehilangan, perpisahan,patah hati dan hal-hal lain yang sangat menguras emosi.
Setiap kali perasaan saya remuk redam akibat kesedihan, kegalauan, atau apapun itu, saya selalu mencari cara untuk segera mengobatinya. Sangat tidak enak berada dalam ketidakbahagiaan (cita-cita saya adalah menjadi orang paling bahagia). Kemudian saya berpikir, kenapa tidak minta saja sama Allah, Dia kan memegang hati saya? Dia Maha membolak-balik hati. Lalu saya sisipkan doa-doa sederhana di setiap waktu-waktu mustajab. Meminta untuk diberikan hati seluas samudera, selapang langit, sekokoh karang. Agar tak peduli betapapun berat bebannya, pundak saya akan tetap kuat menopang.
Dulu saya terbiasa melampiaskan semuanya dengan menangis. sampai lelah, sampai lega. Sekarang saya lebih memilih mengadu sama Allah (sambil nangis juga wkwk :D), minta ampun, dan minta diberi kesabaran. Bukannya sok-sok alim atau apalah, tapi memang begitu adanya. Saya punya Allah sebagai penolong, tempat mengadu, dan saya punya doa sebagai senjata ampuh.
Cara lain adalah dengan bersosialisasi. bertemu dengan teman-teman, berbincang-bincang tentang apapun. Jika kamu berbincang dengan orang yang tepat, bisa jadi kamu akan mendapatkan solusi atau paling tidak penenang hati. Sebagai seseorang yang pergaulannya hanya di situ-situ saja, teman-teman saya pun tak begitu beragam, hanya teman kuliah dan teman dari beberapa organisasi pernah yang saya geluti. Tapi beberapa diantara mereka seperti dikirim Allah sebagai penghibur jiwa.
Selain itu, bisa juga dengan tersenyum. Berdiri di depan cermin, lalu paksa bibirmu untuk senyum. Dan bilang pada bayanganmu, 'kamu berharga, kamu bukan kegagalan, kamu bisa, kamu harus berusaha lebih keras' atau apapun kata-kata yang memotivasi. (trust me, it works!)
Lalu yang terakhir, adalah cara yang baru-baru ini saya temukan untuk menghadapi stres (haha!). Kerja, bergerak, lakukan sesuatu. Saya memilih untuk mencuci baju, menyikat kamar mandi, atau mengepel kamar. Besok saya berencana melakukan itu semua. Kemungkinan besar nilai semester ini yang akan diumumkan besok akan jauh dari ekspektasi. Jadi hati perlu disiapkan. Berdoa banyak-banyak sama Allah. Semoga besok diberi kekuatan melihat nilai semester iniyang anjlok.
Dan entah kenapa postingan jadi seperti tips untuk mengatasi kegalauan. By the way, saya sering mengalami kesedihan yang penyebabnya tidak jelas, dan saya selalu menyalahkan PMS atau hormon yang tidak seimbang (entah apa maksudnya ini). Padahal memang karena hati saya yang sempit, banyak dosa, kurang istighfar, kurang dzikir. Jadi, sebagai penutup, ini saya bagikan link tentang mengobati kesempitan hati. InsyaAllah ampuh :)
Bogor, Januari 2017.
Seseorang yang masih berlatih untuk sabar dan ikhlas.
Di sudut kamar, sedang mempersiapkan hati menghadapi hari esok. Semoga tetap tangguh! :D
Karena puncak dari segala usaha adalah keikhlasan, kerelaan, dan kelapangan untuk menerima apapun hasil yang didapatkan setelah perjuangan yang maksimal.
Dulu saat SMP saya gagal mewakili sekolah saya di ajang olimpiade, dulu peringkat saya pernah merosot sangat tajam, dulu saya gagal di Ujian Nasional SMA, sampai saya harus menahan malu untuk masuk sekolah lagi saat teman-teman lain mulai mempersiapkan ujian masuk universitas. Saya juga gagal masuk perguruan tinggi impian saya selepas SMA. Lalu saya gagal dua kali masuk pascasarjana ITB, saat semua teman-teman saya berhasil masuk universitas pilihan mereka. Saya menjadi satu-satunya yang gagal. Selain itu, masih banyak lagi kegagalan, kehilangan, perpisahan,
Dulu saya terbiasa melampiaskan semuanya dengan menangis. sampai lelah, sampai lega. Sekarang saya lebih memilih mengadu sama Allah (sambil nangis juga wkwk :D), minta ampun, dan minta diberi kesabaran. Bukannya sok-sok alim atau apalah, tapi memang begitu adanya. Saya punya Allah sebagai penolong, tempat mengadu, dan saya punya doa sebagai senjata ampuh.
Cara lain adalah dengan bersosialisasi. bertemu dengan teman-teman, berbincang-bincang tentang apapun. Jika kamu berbincang dengan orang yang tepat, bisa jadi kamu akan mendapatkan solusi atau paling tidak penenang hati. Sebagai seseorang yang pergaulannya hanya di situ-situ saja, teman-teman saya pun tak begitu beragam, hanya teman kuliah dan teman dari beberapa organisasi pernah yang saya geluti. Tapi beberapa diantara mereka seperti dikirim Allah sebagai penghibur jiwa.
Selain itu, bisa juga dengan tersenyum. Berdiri di depan cermin, lalu paksa bibirmu untuk senyum. Dan bilang pada bayanganmu, 'kamu berharga, kamu bukan kegagalan, kamu bisa, kamu harus berusaha lebih keras' atau apapun kata-kata yang memotivasi. (trust me, it works!)
Lalu yang terakhir, adalah cara yang baru-baru ini saya temukan untuk menghadapi stres (haha!). Kerja, bergerak, lakukan sesuatu. Saya memilih untuk mencuci baju, menyikat kamar mandi, atau mengepel kamar. Besok saya berencana melakukan itu semua. Kemungkinan besar nilai semester ini yang akan diumumkan besok akan jauh dari ekspektasi. Jadi hati perlu disiapkan. Berdoa banyak-banyak sama Allah. Semoga besok diberi kekuatan melihat nilai semester ini
Dan entah kenapa postingan jadi seperti tips untuk mengatasi kegalauan. By the way, saya sering mengalami kesedihan yang penyebabnya tidak jelas, dan saya selalu menyalahkan PMS atau hormon yang tidak seimbang (entah apa maksudnya ini). Padahal memang karena hati saya yang sempit, banyak dosa, kurang istighfar, kurang dzikir. Jadi, sebagai penutup, ini saya bagikan link tentang mengobati kesempitan hati. InsyaAllah ampuh :)
Jika diuji dengan masalah, beberapa orang terlarut dalam masalahnya, sementara yang lain fokus pada cara menyelesaikan masalah. Jika diuji dengan kesedihan, beberapa orang tenggelam pada kesedihan, sementara yang lain fokus pada cara mengobati kesedihan.
Bogor, Januari 2017.
Seseorang yang masih berlatih untuk sabar dan ikhlas.
Di sudut kamar, sedang mempersiapkan hati menghadapi hari esok. Semoga tetap tangguh! :D
Komentar