Langsung ke konten utama

#5

Dear Ika,

Beberapa waktu yang lalu, saya mengikuti sesi perkenalan dengan mahasiswa baru di departemen. Tidak terasa saya sudah menjadi senior :'). Selain perkenalan, salah satu sesi yang diikuti oleh mahasiswa baru adalah tips dan trik bertahan di IPB. Yang entah kenapa membuat saya justru merasa khawatir.

Tiba-tiba saya teringat kamu, Ik. Saya khawatir para mahasiswa baru akan menjadi seperti kamu dulu. Yang mentalnya hanyalah mental pencari nilai. Yang mengukur keberhasilan dan kegagalan sesederhana dari tinggi rendahnya nilai.

Saya mengingat kamu yang dulu, atau mungkin masih begitu juga sampai sekarang, saya melihat bagaimana usahamu di akhir-akhir masa kuliah. Bagaimana kamu berusaha memperbaiki IPK agar bisa mendapatkan beasiswa kuliah lanjut. Seolah hidupmu hanya tentang ambisi yang ingin kamu kejar.

Saya sama sekali tidak meremehkan ambisi dan cita-cita. Karena hal-hal ini adalah sesuatu yang harus dimiliki manusia yang ingin hidup. Tanpa ambisi dan cita-cita, hidup hanyalah tentang surviving. Hanya saja kadang kita terjebak dalam ritme hidup yang seolah hanya ingin mengejar materi. Padahal makna cita-cita sebenarnya jauh lebih luas dari sekedar tingginya pencapaian pribadi.

Mungkin karena itulah kamu jadi mudah kecewa dan stres saat menjalani perkuliahan disini. Kamu terlalu berorientasi pada hasil dan mengabaikan proses yang akan dan telah kamu lalui.

Ingat Ik, kita diberi ruang ikhtiar agar kita bisa mendapatkan pahala kerja keras, dan bisa mengambil pelajaran dari sebuah proses. Agar kita paham bahwa keberhasilan dan kegagalan tidak hanya diukur dari tempat dimana kita berakhir. Entah itu di tempat tinggi ataupun rendah, selama kita bisa menghargai apa yang sudah kita dapatkan proses tersebut, maka itu cukup.

Ikhtiar seharusnya menghasilkan sesuatu yang lebih dari sekedar materi yang kita kejar. Karena hasil akhir dari sebuah ikhtiar tidak hanya ditentukan oleh seberapa tinggi pencapaian kita, tapi juga seberapa baik mentalitas yang terbentuk selama proses itu, dan seberapa besar manfaat yang bisa kita berikan dari setiap hasil yang didapat.

Yang penting juga adalah bagaimana ikhtiar tersebut menumbuhkan taqwa dan tawakkal kita pada Allah, Dzat yang menitipkan berbagai potensi pada diri kita. Jangan pernah merasa takabbur. Apapun yang kamu dapatkan, tidak selalu berkaitan dengan usaha dan kerja kerasmu. Ada campur tangan Allah disana. Tugasmu adalah memulai, menjalani dan mengakhiri sebuah proses dengan cara yang baik.

Satu hal lagi Ik, keberhasilan juga tidak ditentukan dari hasil akhir. Pada akhirnya, pencapaian tertinggi adalah saat kita bisa memberikan manfaat dari semua yang dititipkan pada kita. Seperti ibu kita, Khadijah, yang mengerahkan seluruh harta, tenaga dan pikiran untuk mendukung dakwah Rasulullah. Padahal sampai akhir hayatnya, beliau belum melihat kejayaan Islam. Tapi Allah tetap memberikan hadiah surga. Bagaimanapun hasilnya, selama wajah kita tetap menghadap-Nya, maka tidak ada yang sia-sia. Allah yang akan membalas dengan kebaikan.


Hargai setiap proses yang kamu jalani, pada akhirnya kamu akan mendapatkan hadiah yang akan kamu syukuri: kepribadian yang lebih baik dan kuat. Tetaplah semangat dalam mencapai cita-cita, tetaplah semangat dalam mencari dan menebarkan kebaikan :)



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Glimpse of Memorable Memories

I am writing this with Kiss the Rain and Stay in Memory by Yiruma playing in Youtube. It seriously making me baper . I am trying to remember every single thing we've been through together in the past 3 months. But this is not gonna be a long post that show every details. It's just the voice of  my heart (I don't know how to say curahan hati in English). Sorry if there are some things missed. Our story started at 29th of November 2015. In the day before the opening of our course program, we decided to meet in the gate of ITB for looking for a language center building. There were only 8 of us. Some of us maybe already knew each other because we came from the same region. But mostly, that was our first meet. Oh yes, I already met Cintya the beautiful moon accidentally in Juanda airport before. The next day, we finally met each other. All of us. I remember we sat in the front, introduced our name and the place where we came from. I also remember the Jembernese came togethe...

Perempuan, jodoh dan S2.

Kemarin saya dan Mama saya ngobrol santai di meja makan. Tiba-tiba bahasannya menyerempet ke arah jodoh. Sebenarnya saya selalu menghindari topik macam begini dengan keluarga saya. " Kamu kalau udah umur 25 belum nikah, udah susah cari jodoh nanti. S2 lagi" Tante saya juga pernah bilang : "Kamu nggak mau sama si X? Dia S2 juga loh" Wkwk xD Ada yang perlu saya luruskan disini: Saya tidak pernah menganggap kuliah sebagai sarana mencari ijazah lalu pamer gelar dan lantas pilih-pilih teman apalagi jodoh. Allah tidak menilai orang dari ijazah, lantas saya siapa mau pilih suami dari strata pendidikan? Wkwk. Alasan saya melanjutkan studi S2 bukan biar uang panai jadi tinggi macam yang di meme itu xD. Bahkan kalau misalnya saya juga menganggap diri saya sebuah barang yang bisa dilabeli dengan harga, saya juga tidak akan melabeli diri saya dengan harga tinggi. Kenapa? Saya yang tau  diri saya dengan semua kekurangannya. Dari segi akademik saya bukan mahasiswa yan...

Pada Deretan Huruf

Pada deretan huruf, aku tuliskan cerita. Tentang kita yang menyapa pagi, meramu siang, dan menghimpun malam. Kita yang sebelumnya tak saling kenal, dunia kita tak bersentuhan, lingkaran kita tak beririsan, lantas dipertemukan dalam suatu epidode yang mengakrabkan kita dengan cara istimewa. Pada deretan huruf, aku abadikan kisah. Tentang kau dan aku yang beda, yang tak serupa, tapi berjalan beriringan. Setiap kata merapalkan kejujuran, bahwa setiap beda tak mesti bertentang. Hal yang kadang membuat kita berdebat, nyatanya tetap bisa membuat kita tertawa bersama. Pada deretan huruf, aku rekam setiap momen. Tentang kau yang memahamkanku bahwa dunia bukanlah ruang sempit. Ia tak melulu tentang barat dan timur, atau utara dan selatan. Kau pula yang memahamkanku bahwa kita adalah bagian dari milyaran manusia, yang tertakdir bertemu disini. Pada deretan huruf, aku bekukan kenangan. Tentang kita yang selalu berceloteh bahwa hari seperti dilipat, dan harapan agar ia bisa sedikit melambat....