Langsung ke konten utama

"Makin tua kok hidup gue makin sepi ya?"
-saya, pada suatu hari xD


Memang pergaulan saya tidak begitu luas, dan dalam perjalanan, saya kehilangan beberapa orang, juga bertemu dengan orang-orang baru. Maha baik Allah selalu mempertemukan saya dengan orang-orang yang memberi banyak pelajaran. Sebagai orang yang tidak pandai menjaga sebuah hubungan, saya menyadari bahwa saya kehilangan banyak teman. Kesibukan, lingkungan baru, prioritas, dan banyak hal lainnya mulai menciptakan jarak sedikit demi sedikit. Kadang saya merasa saya yang meninggalkan, kadang juga saya merasa ditinggalkan. Kadang saat melihat ke belakang saya merasa rindu, dan tidak ada yang lebih menyesakkan daripada merindukan masa lalu. Meski begitu saya bahagia, saat bertemu kami mungkin akan tertawa mengingat banyak hal yang pernah dilewati bersama.

Lingkaran saya semakin kecil, dan saya memutuskan untuk menjaga lingkaran ini dengan baik. Saya tidak pernah bisa menyenangkan hati semua orang, tapi saya  ingin selalu ada saat mereka butuh. Kedepan nanti akan ada lagi keadaan yang berubah, akan ada lagi teman-teman yang pergi, ada lagi yang datang. Saya ingin menikmati setiap momen dengan hati yang bahagia.

Saya ingin mengenal lebih banyak lagi manusia dengan ragam karakternya. Tapi saya selalu kahawatir dan canggung jika harus berhadapan dengan lingkungan baru, saya juga cepat lelah dengan interaksi banyak arah apalagi dengan orang-orang baru. Walaupun itu bukan berarti saya akan menghindar, saya akan tetap berusaha bergaul dengan baik.

Dan tentang keluarga, semakin jauh perjalanan, saya semakin menyadari bahwa keluarga masih menjadi tempat ternyaman  untuk pulang. Setidak-adil apapun dunia memperlakukanmu, akan selalu ada yang memelukmu dengan kehangatan, tak mesti dengan raga, kadang dengan kata-kata, kadang juga dengan pesan-pesan rindu.

Saat saya melihat ke belakang, ada banyak hal yang saya sesali dan saya syukuri. Saat saya melihat ke depan, banyak hal yang saya tunggu dan saya khawatirkan. Namun saya sadar, kejadian-kejadian di masa lampau itu seperti titik-titik bersambung yang membawa saya ke hari ini. Terlalu banyak anugerah yang luput untuk saya syukuri karena terlalu memikirkan hari kemarin dan terlalu mengkhawatirkan hari esok.

Ah iya, satu lagi. tentang kamu. Saya akui saya selalu rindu dan menanti. Tapi saya putuskan untuk tidak terlalu khawatir. Saya ingin mencintai dengan baik dengan terus belajar untuk memberi yang terbaik, dengan terus belajar untuk merendahkan ego serendah-rendahnya. Semoga kita bisa saling mendukung untuk terus produktif dalam kebaikan, juga saling mengingatkan untuk setiap lalai. Saya mencoba untuk tidak khawatir, karena setiap takdir sudah diperhitungkan dengan rinci termasuk juga takdir dipertemukan denganmu. Semoga kumpulan titik yang membawa saya ke hari ini, juga akan membawa saya kepadamu, karena kamu adalah satu yang datang dan tak pernah pergi, tapi menetap disini :)


--ika


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Glimpse of Memorable Memories

I am writing this with Kiss the Rain and Stay in Memory by Yiruma playing in Youtube. It seriously making me baper . I am trying to remember every single thing we've been through together in the past 3 months. But this is not gonna be a long post that show every details. It's just the voice of  my heart (I don't know how to say curahan hati in English). Sorry if there are some things missed. Our story started at 29th of November 2015. In the day before the opening of our course program, we decided to meet in the gate of ITB for looking for a language center building. There were only 8 of us. Some of us maybe already knew each other because we came from the same region. But mostly, that was our first meet. Oh yes, I already met Cintya the beautiful moon accidentally in Juanda airport before. The next day, we finally met each other. All of us. I remember we sat in the front, introduced our name and the place where we came from. I also remember the Jembernese came togethe...

Perempuan, jodoh dan S2.

Kemarin saya dan Mama saya ngobrol santai di meja makan. Tiba-tiba bahasannya menyerempet ke arah jodoh. Sebenarnya saya selalu menghindari topik macam begini dengan keluarga saya. " Kamu kalau udah umur 25 belum nikah, udah susah cari jodoh nanti. S2 lagi" Tante saya juga pernah bilang : "Kamu nggak mau sama si X? Dia S2 juga loh" Wkwk xD Ada yang perlu saya luruskan disini: Saya tidak pernah menganggap kuliah sebagai sarana mencari ijazah lalu pamer gelar dan lantas pilih-pilih teman apalagi jodoh. Allah tidak menilai orang dari ijazah, lantas saya siapa mau pilih suami dari strata pendidikan? Wkwk. Alasan saya melanjutkan studi S2 bukan biar uang panai jadi tinggi macam yang di meme itu xD. Bahkan kalau misalnya saya juga menganggap diri saya sebuah barang yang bisa dilabeli dengan harga, saya juga tidak akan melabeli diri saya dengan harga tinggi. Kenapa? Saya yang tau  diri saya dengan semua kekurangannya. Dari segi akademik saya bukan mahasiswa yan...

Pada Deretan Huruf

Pada deretan huruf, aku tuliskan cerita. Tentang kita yang menyapa pagi, meramu siang, dan menghimpun malam. Kita yang sebelumnya tak saling kenal, dunia kita tak bersentuhan, lingkaran kita tak beririsan, lantas dipertemukan dalam suatu epidode yang mengakrabkan kita dengan cara istimewa. Pada deretan huruf, aku abadikan kisah. Tentang kau dan aku yang beda, yang tak serupa, tapi berjalan beriringan. Setiap kata merapalkan kejujuran, bahwa setiap beda tak mesti bertentang. Hal yang kadang membuat kita berdebat, nyatanya tetap bisa membuat kita tertawa bersama. Pada deretan huruf, aku rekam setiap momen. Tentang kau yang memahamkanku bahwa dunia bukanlah ruang sempit. Ia tak melulu tentang barat dan timur, atau utara dan selatan. Kau pula yang memahamkanku bahwa kita adalah bagian dari milyaran manusia, yang tertakdir bertemu disini. Pada deretan huruf, aku bekukan kenangan. Tentang kita yang selalu berceloteh bahwa hari seperti dilipat, dan harapan agar ia bisa sedikit melambat....