Langsung ke konten utama

Curhat di Rabu Sore

Lagi belajar buat UTS analisis real tetiba jadi pengen curhat #eh. Saya sebenarnya bukan orang yang hobi curhat (padahal isi blog ini sebagian besar curhat wkwkwk). Hampir setiap masalah selalu saya pendam sendiri, resapi dan hayati sendiri, nangis sampai ketiduran sendiri. (entah kenapa jadi gak penting gini). Yatapi emang bener sih, semuanya lebih enak dipendam sendiri. Tapi ini untuk masalah pribadi yaa. Kalo bukan masalah pribadi saya pasti akan misuh misuh cari bantuan sana sini. Kecuali ke orang tua yaa, entah kenapa saya selalu ingin terdengar baik-baik saja kalau mamah atau papah nelpon. Udah cukuplah beban mereka, Papa yang kerjanya siang malam, Mama juga kerjaan di rumah gak abis-abis, jadi yaa saya sebisa mungkin tidak menambah beban pikiran mereka. Kalo lagi batuk aja saya berusaha untuk gak batuk di telepon biar mereka tau saya sehat disini. Lagipula kalau ngobrol sama mereka juga masalah jadi gak berarti. Alhamdulillah sekarang udah ada sokongan beasiswa jadi udah gak repotin mereka lagi untuk masalah amunisi dompet. Setidaknya sampe 2 tahun kedepan saya bisa mandiri dan stabil secara finansial. Hoho.


Entah apa yang saya bicarakan ini. Hahaha.

Jadi tadi tuh pengen nulis tapi nulisnya yang biasa aja, sebebas-bebasnya, tanpa diksi yang lebay seperti biasanya. Wkwkwkwk. Gak pake bahasa inggris juga seperti biasanya yang mau terdengar sok keren dan sok bule. Lagipula inggris saya masih amat sangat berantakan. Malu lah kalo dibaca sama yang udah ahli, atau native speaker. Beberapa kali saya cek statistik pengunjung blog ini dan selalu saja ada pengunjung dari luar yang entah kenapa bisa nyasar kesini. Mungkin karena saya sok sok nulis inggris ya. Entahlah. Ngomong-ngomong bicara tentang pengunjung blog. Entah kenapa saya selalu takut kalau blog saya ramai pengunjung, walaupun gak pernah ramai juga sih, hahaha. Makanya saya selalu hati-hati nulis postingan apapun yang mengandung kata yang sering dicari di mesin pencari. Misalnya sponsor beasiswa saya yang memang cukup terkenal dan lagi naik daun belakangan ini. Walaupun link blog ini saya taruh di hampir di semua akun media sosial saya, semisal twitter dan instagram dan bahkan barusan saya taruh di whatsapp (superduper gak penting), itu cuma buat keren-kerenan aja. Toh gak akan ada yang buka kok. Walaupun sesekali saya kirim linknya di grup tertentu kalau tulisan saya tersebut berhubungan dengan mereka. Tapi selain dari orang-orang tertentu yang saya kirimin link blog ini, hampir gak ada yang berkunjung kesini (tetep ada sih beberapa wkwkwk). Makanya enak buat curhat disini. Btw kemarin seorang kawan membagikan tulisan saya di grup, agak kaget sih karena sebelumnya gak ada yang memperhatikan blog ini. Hehe. Walaupun gak punya pembaca, saya selalu menulis seolah ada ribuan pembaca yang menanti tulisan saya. Walaupun rasanya aneh membayangkan ada banyak orang yang membaca diary saya. Hahaha.

Nah yang saya tulis diatas tuh baru basa basi. Jadi inti cerita baru aja mau dimulai nih. Wkwkwkwkwk.

Jadi gini, saya mau cerita kalo saya sekarang lagi kuliah di Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Jurusannya jelas yaa, masih setia dengan matematika. Nah udah tau kan dari postingan-postingan sebelumnya kalo universitas idaman saya tuh bukan disini. Tapi takdir membawa saya kesini, dan harus tetap disyukuri. Bisa jadi ribuan orang diluar sana menginginkan posisi saya saat ini. Siapa tau juga bisa ketemu jodoh disini. Aamiin #eh #nobaper.

Nah perkuliahan disini tuh lumayan membebani ya, karena jika IPK kita dibawah 3,00, akan di-drop out dan pasti pulang kampung tanpa gelar. Dan baruuu aja dapat info tentang nilai UTS Aljabar Linear kemarin, dan nilainyaaaa (sudahlah, tak usah dibahas, meyedihkan soalnya). Gegara UTS aljabar itu, eksistensi saya di kampus ini untuk tahun depan tuh terancam. Maunya nangis tapi gak boleh. Harus tegar dong. Kan sudah janji mau jadi orang yang selalu positif dan optimis. Nah, sebenarnya kuliah disini tuh enak, dosen-dosennya baik, ya tapi karena udah keduluan terbebani sama ancaman DO, apa-apa pasti kepikiran itu. Apalagi saya udah 2 tahun ninggalin bangku kuliah, semua ilmu udah menguap gak ada yang tersisa kecuali secuil. Belum lagi ketemu orang-orang yang pintarnya maa sya Allah. Saya makin merasa seperti butiran teh sisri. Mesti kerja keras, mesti kerja 10 kali lebih keras dari yang lain biar setidaknya bisa menyamai lah. Apalagi beberapa dari mereka ada yang kuliah sambil kerja, ada yang kuliah sambil ngurusin anak dan suami, jadi malulah kalo saya gak kerja keras, belum lagi beban saya sebagai penerima beasiswa dari pemerintah, yang artinya saya kuliah pake uang pajak yang dibayar rakyat. Belum lagi Mama, Papa dan keluarga yang menaruh harapan pada saya. Pantang pulang sebelum master! Haduhh makin berat rasanya beban dipundak.

Walaupun begitu, so far so good lah. Semua masalah bisa dilewati. Ada senior-senior kece yang ikhlas sepenuh hati dan jiwa raga menyumbangkan waktu, tenaga dan isi otak mereka kepada kami. Saya juga punya teman-teman yang baik disini. Alhamdulillah. Jadi berjuangnya gak sendirian. Masing-masing kita pasti punya konflik internal dengan dirinya. Jadi semua orang pasti punya beban. Malu kalo saya terus-terusan mengeluh. Lagipula ada Allah yang selalu mendengar doa doa saya. Eh masalah ini saya tulis di postingan sebelumnya dalam bentuk surat untuk Rafiqah Setiawaty. Tulisan-tulisan seperti itu akan mewarnai blog saya kedepan (Kalo saya gak sok sibuk yah). Tulisan-tulisan tersebut adalah tulisan yang saya tulis untuk menasihati diri saya sendiri. Ketimbang menasihati orang lain, saya merasa diri saya jauh lebih layak untuk dinasihati dan jauh lebih pantas untuk diingatkan. Karena saya sering alpa, mungkin saya terlihat baik hanya karena Allah menutupi aib-aib saya. Terlihat alim padahal miskin ilmu. Jadi kalau kalian bertemu dengan saya di dunia nyata, saya akan dengan senang hati menerima kritikan apapun. Oh ia, tulisan selanjutnya adalah tentang hati. Hihi. Di usia yang udah rentan dengan kebaperan, belum lagi grup grup bahasannya tentang nikah semua, belum lagi godaan cie cie dari teman-teman, rasanya hati ini perlu dikuatkan biar tetap kokoh, biar gak goyah, biar gak manja, biar gak gampang baper #tsahh! Hahahaha!

Nah, udah dulu aja ya ceritanya. Sampai ketemu di curhatan selanjutnya 

-Bogor, awal November 2016, lagi di sudut kamar berduaan sama analisis real, di luar hujan seperti biasa-

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Glimpse of Memorable Memories

I am writing this with Kiss the Rain and Stay in Memory by Yiruma playing in Youtube. It seriously making me baper . I am trying to remember every single thing we've been through together in the past 3 months. But this is not gonna be a long post that show every details. It's just the voice of  my heart (I don't know how to say curahan hati in English). Sorry if there are some things missed. Our story started at 29th of November 2015. In the day before the opening of our course program, we decided to meet in the gate of ITB for looking for a language center building. There were only 8 of us. Some of us maybe already knew each other because we came from the same region. But mostly, that was our first meet. Oh yes, I already met Cintya the beautiful moon accidentally in Juanda airport before. The next day, we finally met each other. All of us. I remember we sat in the front, introduced our name and the place where we came from. I also remember the Jembernese came togethe...

Perempuan, jodoh dan S2.

Kemarin saya dan Mama saya ngobrol santai di meja makan. Tiba-tiba bahasannya menyerempet ke arah jodoh. Sebenarnya saya selalu menghindari topik macam begini dengan keluarga saya. " Kamu kalau udah umur 25 belum nikah, udah susah cari jodoh nanti. S2 lagi" Tante saya juga pernah bilang : "Kamu nggak mau sama si X? Dia S2 juga loh" Wkwk xD Ada yang perlu saya luruskan disini: Saya tidak pernah menganggap kuliah sebagai sarana mencari ijazah lalu pamer gelar dan lantas pilih-pilih teman apalagi jodoh. Allah tidak menilai orang dari ijazah, lantas saya siapa mau pilih suami dari strata pendidikan? Wkwk. Alasan saya melanjutkan studi S2 bukan biar uang panai jadi tinggi macam yang di meme itu xD. Bahkan kalau misalnya saya juga menganggap diri saya sebuah barang yang bisa dilabeli dengan harga, saya juga tidak akan melabeli diri saya dengan harga tinggi. Kenapa? Saya yang tau  diri saya dengan semua kekurangannya. Dari segi akademik saya bukan mahasiswa yan...

Pada Deretan Huruf

Pada deretan huruf, aku tuliskan cerita. Tentang kita yang menyapa pagi, meramu siang, dan menghimpun malam. Kita yang sebelumnya tak saling kenal, dunia kita tak bersentuhan, lingkaran kita tak beririsan, lantas dipertemukan dalam suatu epidode yang mengakrabkan kita dengan cara istimewa. Pada deretan huruf, aku abadikan kisah. Tentang kau dan aku yang beda, yang tak serupa, tapi berjalan beriringan. Setiap kata merapalkan kejujuran, bahwa setiap beda tak mesti bertentang. Hal yang kadang membuat kita berdebat, nyatanya tetap bisa membuat kita tertawa bersama. Pada deretan huruf, aku rekam setiap momen. Tentang kau yang memahamkanku bahwa dunia bukanlah ruang sempit. Ia tak melulu tentang barat dan timur, atau utara dan selatan. Kau pula yang memahamkanku bahwa kita adalah bagian dari milyaran manusia, yang tertakdir bertemu disini. Pada deretan huruf, aku bekukan kenangan. Tentang kita yang selalu berceloteh bahwa hari seperti dilipat, dan harapan agar ia bisa sedikit melambat....