Langsung ke konten utama

Kepercayaan Diri

Kepercayaan diri sering dikaitkan dengan fisik, status sosial, dan persepsi orang lain terhadap kita. Menurut saya ini adalah hal yang sebenarnya bisa kita hadapi dengan cara memerdekakan pikiran dan hati kita dari anggapan-anggapan tidak penting. Anggapan bahwa fisik rupawan akan lebih disukai orang-orang, anggapan bahwa status sosial yang tinggi akan lebih dihormati, anggapan bahwa otak yang cerdas akan lebih disenangi, dan anggapan-anggapan lain yang lahir dari kedangkalan kita dalam berpikir dan menghargai sesuatu. Kita terlalu memikirkan penilaian orang terhadap kita, padahal kita yang lebih tau diri kita, nilai, kapasitas dan kemampuan kita. Penilaian orang tidak pernah benar-benar mewakili kita yang sebenarnya. Penilaian buruk orang terhadap kita, jika benar, maka anggap saja itu sebagai sebuah kritik agar kita bisa introspeksi, dan jika salah, anggap saja dia tidak benar-benar mengenal kita.

Sebenarnya ada orang-orang yang sudah selesai dengan perkara-perkara di atas, tapi malah memiliki tantangan baru lagi: dirinya sendiri. Orang-orang yang menganggap dirinya adalah kumpulan nasib buruk, merasa tidak pantas dan tidak pernah punya keberanian untuk berekspresi. orang-orang ini tidak punya masalah dengan lingkungannya, masalahnya ada dalam dirinya: terlalu menganggap rendah diri sendiri. Penyebabnya sayapun tidak tahu, karena saya sendiri masih struggling dengan perkara ini. Walaupun tidak selalu seperti itu. Sesekali, dan dalam beberapa hal, saya berhasil menguasai pikiran saya. Dan saya masih terus melatih ini. Hal yang paling mengganggu sebenarnya adalah anggapan saya sendiri bahwa orang lain sedang berprasangka buruk pada saya (padahal ini artinya saya yang berprasangka buruk pada mereka). Entah ini karena otak saya yang terlalu kreatif membangun asumsi atau hati saya yang banyak setannya. haha!

Masalah dengan diri sendiri hanya bisa selesai dengan dan oleh diri sendiri. Kita sedang bermain di arena sugesti. Sugesti untuk diri kita sendiri. Kita seharusnya paham, Allah tidak menciptakan sesuatu yang sia-sia. Kita punya tenaga, pikiran dan hati yang bisa dimaksimalkan potensinya, kalau kita mau. Selama masih hidup kita juga masih punya kesempatan untuk terus memperbaiki diri. Merdekakan hati dan pikiran dari hal-hal yang tidak penting, jangan terlalu memikirkan penilaian buruk orang lain, fokuskan diri untuk terus berbenah dan menebar manfaat.

Celaan dan kritik tidak selalu menggambarkan dirimu yang sebenarnya, pun apresiasi dan pujian tidak akan mengubah dirimu yang sesungguhnya. Kamu yang mengukur dirimu. Kamu yang tahu nilai dirimu. Untuk itu, belajarlah untuk menghargai diri sendiri. Didik dan rawat dirimu dengan baik sebagai salah satu cara untuk mengapresiasi diri sendiri. Terus latih otak untuk berpikir positif, dan terus latih badan untuk bergerak produktif.

Terakhir, saya ingin menuliskan kutipan favorit saya dalam buku chicken soup for the soul : saat keluar rumah, tinggalkan semua pikiran negatif di pintu.

Sekian dan terima angpau :D

Nb:
Ditulis berdasarkan sudut pandang sendiri, asumsi yang saya bangun berdasarkan observasi kecil-kecilan pada diri sendiri dan lingkungan. Dan seperti biasa, ditulis sebagai pengingat untuk diri sendiri.

Postingan populer dari blog ini

Glimpse of Memorable Memories

I am writing this with Kiss the Rain and Stay in Memory by Yiruma playing in Youtube. It seriously making me baper . I am trying to remember every single thing we've been through together in the past 3 months. But this is not gonna be a long post that show every details. It's just the voice of  my heart (I don't know how to say curahan hati in English). Sorry if there are some things missed. Our story started at 29th of November 2015. In the day before the opening of our course program, we decided to meet in the gate of ITB for looking for a language center building. There were only 8 of us. Some of us maybe already knew each other because we came from the same region. But mostly, that was our first meet. Oh yes, I already met Cintya the beautiful moon accidentally in Juanda airport before. The next day, we finally met each other. All of us. I remember we sat in the front, introduced our name and the place where we came from. I also remember the Jembernese came togethe...

Perempuan, jodoh dan S2.

Kemarin saya dan Mama saya ngobrol santai di meja makan. Tiba-tiba bahasannya menyerempet ke arah jodoh. Sebenarnya saya selalu menghindari topik macam begini dengan keluarga saya. " Kamu kalau udah umur 25 belum nikah, udah susah cari jodoh nanti. S2 lagi" Tante saya juga pernah bilang : "Kamu nggak mau sama si X? Dia S2 juga loh" Wkwk xD Ada yang perlu saya luruskan disini: Saya tidak pernah menganggap kuliah sebagai sarana mencari ijazah lalu pamer gelar dan lantas pilih-pilih teman apalagi jodoh. Allah tidak menilai orang dari ijazah, lantas saya siapa mau pilih suami dari strata pendidikan? Wkwk. Alasan saya melanjutkan studi S2 bukan biar uang panai jadi tinggi macam yang di meme itu xD. Bahkan kalau misalnya saya juga menganggap diri saya sebuah barang yang bisa dilabeli dengan harga, saya juga tidak akan melabeli diri saya dengan harga tinggi. Kenapa? Saya yang tau  diri saya dengan semua kekurangannya. Dari segi akademik saya bukan mahasiswa yan...

Pada Deretan Huruf

Pada deretan huruf, aku tuliskan cerita. Tentang kita yang menyapa pagi, meramu siang, dan menghimpun malam. Kita yang sebelumnya tak saling kenal, dunia kita tak bersentuhan, lingkaran kita tak beririsan, lantas dipertemukan dalam suatu epidode yang mengakrabkan kita dengan cara istimewa. Pada deretan huruf, aku abadikan kisah. Tentang kau dan aku yang beda, yang tak serupa, tapi berjalan beriringan. Setiap kata merapalkan kejujuran, bahwa setiap beda tak mesti bertentang. Hal yang kadang membuat kita berdebat, nyatanya tetap bisa membuat kita tertawa bersama. Pada deretan huruf, aku rekam setiap momen. Tentang kau yang memahamkanku bahwa dunia bukanlah ruang sempit. Ia tak melulu tentang barat dan timur, atau utara dan selatan. Kau pula yang memahamkanku bahwa kita adalah bagian dari milyaran manusia, yang tertakdir bertemu disini. Pada deretan huruf, aku bekukan kenangan. Tentang kita yang selalu berceloteh bahwa hari seperti dilipat, dan harapan agar ia bisa sedikit melambat....