Langsung ke konten utama

Sesuai Pada Tempatnya

Awalnya mau dikasih judul Islam dan feminisme, eits tapi rasanya kok berat banget ya? apalagi pengetahuan saya masalah itu masih dangkal sekali. Tapi saya hanya ingin menulis apa yang saya ketahui.

Kita mengenal feminisme sebagai suatu gerakan yang mendukung penyetaraan antara laki-laki dan perempuan dalam berbagai bidang. Seperti yang kita tahu, lahirnya feminisme, atau isme-isme yang lain, sebenarnya karena masalah yang muncul di tengah masyarakat.Gerakan ini lahir di Eropa karena dulu perempuan dianggap sebagai kaum inferior dan tidak memiliki hak yang setara dengan kaum laki-laki.

Padahal kalau kita mau berbangga, jauh sebelum feminisme lahir, Islam sudah lebih dulu datang dan memuliakan perempuan. Kita ketahui dalam sejarah Arab jahiliyah, perempuan sangat dibenci dan direndahkan, sampai Islam hadir dan menghapus semua diskriminasi atas gender dan status sosial. Semua manusia sama di mata Allah, yang membedakan hanya tingkat ketakwaannya.

Yang mengherankan adalah banyak yang melihat syariat Islam sebagai bentuk ketidakadilan. Hal ini bisa jadi karena kesalahan dalam mengartikan kata adil itu sendiri. Ada banyak definisi adil, tapi dalam konteks ini, konsep adil dalam Islam adalah menempatkan sesuatu pada tempatnya. Adil tidak selalu tentang sama rata, dan yang sama tidak selalu adil. Analogi sederhananya begini, misalkan ada dua orang yang akan diberikan makan, satu orang berbadan gemuk yang biasa makan dua porsi, sementara yang satunya lagi berbadan kurus dan biasa makan satu porsi. Memberikan porsi yang sama kepada mereka berdua tentu saja tidak adil, jika sama-sama diberi dua porsi, tidak adil untuk si kurus yang hanya bisa makan satu porsi, begitupun sebaliknya. Begitulah pengaturan hak dan kewajiban antara laki-laki dan perempuan dalam Islam. Masing-masing memiliki fitrahnya yang tidak bisa disama-ratakan.

Islam adalah risalah yang sempurna, bukan konstruksi sosial buatan manusia. Aturan manusia bisa saja ada cacatnya sedangkan aturan Allah tidak. Tapi masih banyak diantara kita, baik muslim maupun non-muslim yang melihat syariat Islam sebagai pengekangan dan ketidak-adilan pada kaum perempuan. Padahal jika kita mau mempelajari lebih dalam, selalu ada hikmah dalam setiap perintah maupun larangan.

 Aurat wanita lebih susah dijaga daripada laki-laki, hal ini justru untuk menjaga  perempuan agar tidak menjadi fitnah. Talak terletak di tangan laki-laki, bukan perempuan, dan laki-laki adalah pemimpin bagi perempuan, hal ini sesuai dengan fitrah laki-laki yang terbiasa menggunakan akal, sedangkan perempuan lebih cenderung menggunakan perasaan. Perempuan harus mengalami menstruasi dan nifas sehingga kurang dalam hal ibadah, tapi ada banyak ladang pahala lain yang disediakan untuk perempuan. Warisan perempuan lebih sedikit daripada laki-laki, tapi semua hartanya adalah miliknya pribadi, sedangkan laki-laki, masih harus menanggung ibu, saudara perempuan, istri dan anak perempuannya. Laki-laki diizinkan berpoligami, sedangkan perempuan tidak bisa berpoliandri. Jika kita lihat, dalam poligami, nasab anak yang lahir jelas, siapa ayah dan siapa ibunya, sedangkan dalam poliandri, bisa saja nasabnya tidak jelas. Beberapa hal di atas adalah hikmah dari syariat-syariat yang kadang dianggap tidak adil oleh sebagian orang.

Laki-laki yang memiliki fisik lebih kuat dan cenderung menggunakan akal dalam berpikir, diberikan amanah sebagai kepala rumah tangga yang bertugas mencari nafkah. Sedangkan perempuan yang memiliki sifat lembut dan kasih sayang, diberikan amanah mulia untuk mendidik anak-anaknya. Masing-masing memiliki tempat sesuai dengan fitrahnya. Tidak ada yang lebih baik atau lebih buruk. Karena di mata Allah, perempuan dan laki-laki memiliki kesempatan yang sama dalam mencapai derajat keimanan dan ketakwaan.

Dalam Islam kita mengenal A'isyah radiallahu anha, istri Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, yang masuk dalam tujuh perawi yang paling banyak meriwayatkan hadits. hal ini menunjukkan kontribusi perempuan dalam Islam juga diperhitungkan. Perempuan dan laki-laki punya hak yang sama untuk menuntut ilmu dan berkontribusi dengan ilmunya. Meskipun tentu saja ada koridor-koridor syar'i yang harus diperhitungkan, tetapi semua aturan yang ada adalah untuk menjaga perempuan itu sendiri.

Akhirnya, jika para pengusung ide feminisme, yang dahulu ingin memperjuangkan hak-hak perempuan, mempelajari Islam dengan kaffah, pastilah mereka akan menemukan solusi untuk masalah yang mereka temui: sebuah konsep feminisme yang tepat sasaran, yang tidak kebablasan, yang sesuai pada tempatnya. :)

***
InsyaaAllah bersambung (wkwk kayak sinetron aja :D)
Anyways, saya akan sangat menghargai jika ada yang meluruskan jika terdapat kesalahan dalam tulisan saya. Pemahaman saya akan khazanah keilmuan Islam, terutama masalah perempuan, masing sangat sangat dangkal. Tapi seperti biasa, ini ditulis sebagai pengingat untuk diri sendiri. :)

Allahu a'lam


Postingan populer dari blog ini

Glimpse of Memorable Memories

I am writing this with Kiss the Rain and Stay in Memory by Yiruma playing in Youtube. It seriously making me baper . I am trying to remember every single thing we've been through together in the past 3 months. But this is not gonna be a long post that show every details. It's just the voice of  my heart (I don't know how to say curahan hati in English). Sorry if there are some things missed. Our story started at 29th of November 2015. In the day before the opening of our course program, we decided to meet in the gate of ITB for looking for a language center building. There were only 8 of us. Some of us maybe already knew each other because we came from the same region. But mostly, that was our first meet. Oh yes, I already met Cintya the beautiful moon accidentally in Juanda airport before. The next day, we finally met each other. All of us. I remember we sat in the front, introduced our name and the place where we came from. I also remember the Jembernese came togethe...

Perempuan, jodoh dan S2.

Kemarin saya dan Mama saya ngobrol santai di meja makan. Tiba-tiba bahasannya menyerempet ke arah jodoh. Sebenarnya saya selalu menghindari topik macam begini dengan keluarga saya. " Kamu kalau udah umur 25 belum nikah, udah susah cari jodoh nanti. S2 lagi" Tante saya juga pernah bilang : "Kamu nggak mau sama si X? Dia S2 juga loh" Wkwk xD Ada yang perlu saya luruskan disini: Saya tidak pernah menganggap kuliah sebagai sarana mencari ijazah lalu pamer gelar dan lantas pilih-pilih teman apalagi jodoh. Allah tidak menilai orang dari ijazah, lantas saya siapa mau pilih suami dari strata pendidikan? Wkwk. Alasan saya melanjutkan studi S2 bukan biar uang panai jadi tinggi macam yang di meme itu xD. Bahkan kalau misalnya saya juga menganggap diri saya sebuah barang yang bisa dilabeli dengan harga, saya juga tidak akan melabeli diri saya dengan harga tinggi. Kenapa? Saya yang tau  diri saya dengan semua kekurangannya. Dari segi akademik saya bukan mahasiswa yan...

Pada Deretan Huruf

Pada deretan huruf, aku tuliskan cerita. Tentang kita yang menyapa pagi, meramu siang, dan menghimpun malam. Kita yang sebelumnya tak saling kenal, dunia kita tak bersentuhan, lingkaran kita tak beririsan, lantas dipertemukan dalam suatu epidode yang mengakrabkan kita dengan cara istimewa. Pada deretan huruf, aku abadikan kisah. Tentang kau dan aku yang beda, yang tak serupa, tapi berjalan beriringan. Setiap kata merapalkan kejujuran, bahwa setiap beda tak mesti bertentang. Hal yang kadang membuat kita berdebat, nyatanya tetap bisa membuat kita tertawa bersama. Pada deretan huruf, aku rekam setiap momen. Tentang kau yang memahamkanku bahwa dunia bukanlah ruang sempit. Ia tak melulu tentang barat dan timur, atau utara dan selatan. Kau pula yang memahamkanku bahwa kita adalah bagian dari milyaran manusia, yang tertakdir bertemu disini. Pada deretan huruf, aku bekukan kenangan. Tentang kita yang selalu berceloteh bahwa hari seperti dilipat, dan harapan agar ia bisa sedikit melambat....