Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Agustus, 2017

Sampah pikiran: Depresi dan menumbuhkan empati

Ada thread menarik di milis awardee beberapa waktu lalu. Tentang isu mental health yang dialami sebagian awardee luar negeri dan dalam negeri. Baru kali ini saya benar-benar mengikuti diskusi dalam milis. Seorang awardee menceritakan bagaimana pengalamannya melewati depresi dan percobaan bunuh diri. setelah mengikuti diskusi dan membaca blognya, ternyata banyak orang yang pernah mengalami mental health disorder ini. Mulai dari bipolar, depresi sampai ingin bunuh diri. Ada juga yang mengalami gejala bipolar akibat trauma bullying masa kecil. To be brutally honest, saya dulunya memandang sebelah mata para penderita penyakit mental ini. Entah kenapa bagi saya mereka yang mengalami depresi hanya akibat kurang bersyukur saja, toh segala hal kalau disyukuri akan membuat hati kita lapang. Saya dulu punya teman yang broken home, dan saya merasa dia berlebihan dalam menyikapinya. Padahal mungkin karena waktu itu hidup saya ada dalam taraf aman. Keluarga yang hangat, perhatian yang cukup, ru...

Perempuan, jodoh dan S2.

Kemarin saya dan Mama saya ngobrol santai di meja makan. Tiba-tiba bahasannya menyerempet ke arah jodoh. Sebenarnya saya selalu menghindari topik macam begini dengan keluarga saya. " Kamu kalau udah umur 25 belum nikah, udah susah cari jodoh nanti. S2 lagi" Tante saya juga pernah bilang : "Kamu nggak mau sama si X? Dia S2 juga loh" Wkwk xD Ada yang perlu saya luruskan disini: Saya tidak pernah menganggap kuliah sebagai sarana mencari ijazah lalu pamer gelar dan lantas pilih-pilih teman apalagi jodoh. Allah tidak menilai orang dari ijazah, lantas saya siapa mau pilih suami dari strata pendidikan? Wkwk. Alasan saya melanjutkan studi S2 bukan biar uang panai jadi tinggi macam yang di meme itu xD. Bahkan kalau misalnya saya juga menganggap diri saya sebuah barang yang bisa dilabeli dengan harga, saya juga tidak akan melabeli diri saya dengan harga tinggi. Kenapa? Saya yang tau  diri saya dengan semua kekurangannya. Dari segi akademik saya bukan mahasiswa yan...

Setelah setahun: Sebuah surat sederhana untuk teman-teman baikku :)

Teman-teman baikku, setahun yang lalu, saya masuk kuliah seminggu lebih lambat dari kalian. Saya duduk di barisan bangku kanan, dan berusaha sebisa saya menghafal nama dan wajah-wajah kalian. Sangat susah waktu itu, kelas analisis real ternyata diikuti oleh banyak senior, saya bingung, yang mana senior yang mana teman seangkatan. Di kelas aljabar linear dan persamaan diferensial juga sama. Belum lagi anak fastrack yang tidak ada satupun yang saya kenal wajah dan namanya. Anehnya, saat kelas metode komputasi, anak fastracknya berbeda lagi. Saya makin bingung. Butuh waktu berminggu-minggu untuk mengenal Holis sebagai Holis, bukan Sigit, dan untuk mengenal bahwa Sigit adalah Sigit. Karena awalnya saya pikir nama Holis adalah Sigit, dan Sigit entah siapa namanya (bingung ya? Wkwk). Butuh waktu untuk bisa membedakan Hasbi dan Heizlan tanpa tertukar, Butuh waktu juga untuk untuk terbiasa memanggil Tami dengan Tami, karena awalnya saya pikir namanya Tari. Butuh waktu untuk menyadari bahwa m...

Semester Dua.

Semester ini dimulai dengan kepercayaan diri yang sudah hancur berantakan. Perlahan-lahan menata hati kembali, belajar menerima keadaan dan berusaha lebih keras lagi. Semester ini seperti ujian tersendiri bagi mental saya. Saya yang selalu kagok bicara di depan umum, lantas dihadapkan dengan bejibun presentasi. Saya mengambil dua supporting courses di luar Mipa, mata kuliah ilmu sosial yang menuntut untuk berpikir kritis dan berani mengemukakan pendapat. Sesuatu yang selalu saya hindari, nyatanya harus saya hadapi selama semester ini. setelah saya hitung-hitung, saya memiliki 9 jadwal presentasi! Untuk seseorang yang satu saja sudah cukup membebani, 9 presentasi itu keterlaluan! Bukan, bukan presentasinya yang keterlaluan, saya yang keterlaluan karena belum bisa melatih diri menjadi lebih berani. Belum lagi masalah IPK yang bikin kepercayaan diri dan hati saya hancur berantakan. Padahal saat kuliah S1 beberapa kali saya dapat IP dua koma, tapi sekarang rasanya kok beda? semacam ada...