Langsung ke konten utama

Memahami #2

Berusaha memahami adalah hal yang gampang diucapkan tapi sangat susah dilakukan kan? xD. Termasuk saya sendiri. Saya sering mengecewakan orang dan sering juga dikecewakan. Saat itu, semua nasihat tentang saling memahami hanya tinggal teori kosong saja. Berusaha sabar pun cuma karena kita tidak punya pilihan saja.

Kita berinteraksi dengan banyak orang setiap hari, dan bukan tidak mungkin dari interaksi itu akan timbul gesekan entah karena hal-hal kecil atau besar. Sehati-hati apapun kita, tetap saja sekali dua kali kita akan terjatuh pada konflik. Dan saat konflik seperti ini, hal yang saya pelajari adalah, tidak ada gunanya memaksakan kehendak, karena dalam keadaan marah, masing-masing pihak akan merasa paling benar. Jika ada yang mau mengalah, mungkin konflik bisa selesai. Sebaliknya, jika kedua pihak masih saling ngotot, maka yang dibutuhkan saat itu adalah waktu jeda. Membiarkan masing-masing pihak merenung, meredam emosi, dan akhirnya saling memaafkan keegoisan masing-masing.

Dalam konflik, akan muncul paling tidak dua sudut pandang yang memang susah untuk disatukan. Dan mustahil untuk mengambil keputusan yang tidak emosional dalam kondisi masing-masing tidak mau menurunkan ego.

Begitupun saat kita dikecewakan atau mengecewakan orang. Kita masing-masing butuh waktu untuk memaafkan dan dimaafkan. Dan ini sangat manusiawi. Hal ini yang terlambat saya pelajari. Sejak dulu, saat saya tidak sengaja membuat orang marah, saya akan terus meminta maaf dan hidup saya tidak tenang sampai pihak yang saya sakiti memaafkan. Sampai-sampai teman yang saya mintai maaf itu jadi kesal padahal kekesalan yang sebelumnya belum hilang xD.

Saat kita dikecewakan, mungkin kita juga butuh waktu untuk bisa menerima dan memaafkan. Walaupun bagi saya, pengakuan rasa bersalah saja sudah cukup. Yang penting adalah pihak tersebut menyadari kesalahan dan berusaha memperbaikinya atau paling tidak menyesalinya. Sebenarnya bukan tidak pernah marah, tapi kadang saya suka pendam sendiri karena kalau dilampiaskan, ujung-ujungnya saya yang menyesal xD. Dulu saya pernah kesal sama teman saya. Waktu itu pas mau ke kampus, saya baru sadar bensin saya hampir habis dan pasti nggak bisa sampai ke kampus. Akhirnya saya tungguin teman saya yang rumahnya dekat dan selalu lewat depan kos. Kita emang sering pergi bareng. Tapi hari itu ternyata dia pergi duluan dan nggak mampir. Saya malah ngambek dan nggak mau ngomong ke dia. Padahal bukan salah dia nggak mampir ke kos. Dia mana tahu kalau saya lagi kehabisan bensin? xD.

Yang susah dilakukan saat kita terlibat dalam konflik adalah berusaha untuk berprasangka baik. Tak usah bicara konflik, saat kita menunggu terlalu lama saja, kita masih susah untuk berprasangka baik dan mencarikan udzur buat teman kita. Selain itu, saat terlibat konflik kita juga kadang lupa bahwa teman yang lagi kita musuhin itu adalah saudara yang masih berhak untuk dibantu saat kesulitan. Susah emang kan, bantuin orang yang lagi kita keselin? xD. Tapi selama kita mau belajar untuk memahami, insyaaAllah kita akan tetap bisa berbuat baik kepada siapapun, dan berprasangka baik dalam keadaan apapun.

Sekarang saya sendiri jadi lebih sering introspeksi diri saat mengalami kejadian tidak menyenangkan. Misalnya saat dimarahi teman, saya jadi inget teman saya yang pernah saya marahi juga. Atau saat didiemin teman, saya akan ingat orang-orang yang pernah saya perlakukan seperti itu. Dalam hati saya ngomong, jadi gini rasanya digituin, maaf yaaa. Sambil mengingat wajah teman saya wkwk.

Saya punya teman yang kalemnya minta ampun, ada juga yang cerewetnya pake banget. Ada yang bicaranya halus tapi nusuk di hati, ada yang keras tapi peduli. Ada yang yang kalo diguyonin dikit tersinggung, ada yang udah disindir tapi tetep nggak ngerasa alias nggak peka. Ada yang cepet marah sampai kita mesti hati-hati, ada yang jarang marah sampai kita kadang yang ngerasa nggak enak. Dan masih banyak lagi karakter beragam manusia di sekitar kita, untuk itu perlu juga sikap hati-hati walaupun dalam pertemanan kadang kita sudah saling memahami dan memaklumi. Yang perlu diingat adalah kita bergaul dengan manusia, bukan malaikat yang tanpa cela. Tidak ada manusia yang sepenuhnya buruk pun sepenuhnya baik. Setidaknya pertemanan yang beragam melatih kita untuk menjadi lebih bijak, mendidik kita untuk lebih dewasa dalam bersikap.

Dan sebaik-sebaik teman adalah yang menumbuhkan. Entah itu menumbuhkan kualitas kita atau menumbuhkan kesabaran kita wkwk xD.


selamat belajar memahami dan melatih kesabaran, kalau kalian berteman dengan saya~~ wkwk xD



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Glimpse of Memorable Memories

I am writing this with Kiss the Rain and Stay in Memory by Yiruma playing in Youtube. It seriously making me baper . I am trying to remember every single thing we've been through together in the past 3 months. But this is not gonna be a long post that show every details. It's just the voice of  my heart (I don't know how to say curahan hati in English). Sorry if there are some things missed. Our story started at 29th of November 2015. In the day before the opening of our course program, we decided to meet in the gate of ITB for looking for a language center building. There were only 8 of us. Some of us maybe already knew each other because we came from the same region. But mostly, that was our first meet. Oh yes, I already met Cintya the beautiful moon accidentally in Juanda airport before. The next day, we finally met each other. All of us. I remember we sat in the front, introduced our name and the place where we came from. I also remember the Jembernese came togethe...

Perempuan, jodoh dan S2.

Kemarin saya dan Mama saya ngobrol santai di meja makan. Tiba-tiba bahasannya menyerempet ke arah jodoh. Sebenarnya saya selalu menghindari topik macam begini dengan keluarga saya. " Kamu kalau udah umur 25 belum nikah, udah susah cari jodoh nanti. S2 lagi" Tante saya juga pernah bilang : "Kamu nggak mau sama si X? Dia S2 juga loh" Wkwk xD Ada yang perlu saya luruskan disini: Saya tidak pernah menganggap kuliah sebagai sarana mencari ijazah lalu pamer gelar dan lantas pilih-pilih teman apalagi jodoh. Allah tidak menilai orang dari ijazah, lantas saya siapa mau pilih suami dari strata pendidikan? Wkwk. Alasan saya melanjutkan studi S2 bukan biar uang panai jadi tinggi macam yang di meme itu xD. Bahkan kalau misalnya saya juga menganggap diri saya sebuah barang yang bisa dilabeli dengan harga, saya juga tidak akan melabeli diri saya dengan harga tinggi. Kenapa? Saya yang tau  diri saya dengan semua kekurangannya. Dari segi akademik saya bukan mahasiswa yan...

Pada Deretan Huruf

Pada deretan huruf, aku tuliskan cerita. Tentang kita yang menyapa pagi, meramu siang, dan menghimpun malam. Kita yang sebelumnya tak saling kenal, dunia kita tak bersentuhan, lingkaran kita tak beririsan, lantas dipertemukan dalam suatu epidode yang mengakrabkan kita dengan cara istimewa. Pada deretan huruf, aku abadikan kisah. Tentang kau dan aku yang beda, yang tak serupa, tapi berjalan beriringan. Setiap kata merapalkan kejujuran, bahwa setiap beda tak mesti bertentang. Hal yang kadang membuat kita berdebat, nyatanya tetap bisa membuat kita tertawa bersama. Pada deretan huruf, aku rekam setiap momen. Tentang kau yang memahamkanku bahwa dunia bukanlah ruang sempit. Ia tak melulu tentang barat dan timur, atau utara dan selatan. Kau pula yang memahamkanku bahwa kita adalah bagian dari milyaran manusia, yang tertakdir bertemu disini. Pada deretan huruf, aku bekukan kenangan. Tentang kita yang selalu berceloteh bahwa hari seperti dilipat, dan harapan agar ia bisa sedikit melambat....