Langsung ke konten utama

#6 Kelak

Dear myself,

Belajarlah untuk menerima bahwa suatu saat akan ada yang masuk ke kehidupanmu, seseorang yang akan menempati ruang paling privasimu.

Kelak, kamu harus membuang semua keraguan dan membiasakan diri dengan hal-hal baru. Kamu harus memperhitungkan kembali setiap rencanamu, karena rancanganmu kini tak hanya bergantung pada dirimu. Kamu bangun pagi bukan hanya untuk memikirkan dirimu saja. Cuaca di hatimu tak lagi bergantung pada musimmu saja. Setiap nuansa tak lagi bergantung pada rasamu saja.

Kelak, kamu harus belajar berkompromi untuk hal-hal yang tidak kamu sukai, juga membiasakan diri untuk hal-hal sebelumnya tak terbiasa kamu hadapi. Kamu juga harus belajar mempercayakan segalamu pada orang lain. Kamu harus menerima bahwa segala hal harus dibagi. Kamu tak lagi menyimpan segalanya sendirian, setiap bahagia, sedih, khawatir, harap, bahkan marah dan kecewa akan bermuara pada satu tempat.

Kelak, kamu harus terbiasa untuk menatap wajah yang sama setiap hari. Sampai kamu bosan, sampai kamu mengerti satu hal, bahwa jatuh cinta dan mencintai adalah dua hal yang tak sama.

Untuk itu, ada yang harus kamu benahi sekarang: khawatirmu itu, terlalu berlebihan. Jangan sampai membuatmu enggan beranjak.
Juga egomu itu, sayang. Jangan sampai membuat orang lain menyerah.

...dan jangan lupa, belajar masak dong xD


~RS

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Glimpse of Memorable Memories

I am writing this with Kiss the Rain and Stay in Memory by Yiruma playing in Youtube. It seriously making me baper . I am trying to remember every single thing we've been through together in the past 3 months. But this is not gonna be a long post that show every details. It's just the voice of  my heart (I don't know how to say curahan hati in English). Sorry if there are some things missed. Our story started at 29th of November 2015. In the day before the opening of our course program, we decided to meet in the gate of ITB for looking for a language center building. There were only 8 of us. Some of us maybe already knew each other because we came from the same region. But mostly, that was our first meet. Oh yes, I already met Cintya the beautiful moon accidentally in Juanda airport before. The next day, we finally met each other. All of us. I remember we sat in the front, introduced our name and the place where we came from. I also remember the Jembernese came togethe...

Perempuan, jodoh dan S2.

Kemarin saya dan Mama saya ngobrol santai di meja makan. Tiba-tiba bahasannya menyerempet ke arah jodoh. Sebenarnya saya selalu menghindari topik macam begini dengan keluarga saya. " Kamu kalau udah umur 25 belum nikah, udah susah cari jodoh nanti. S2 lagi" Tante saya juga pernah bilang : "Kamu nggak mau sama si X? Dia S2 juga loh" Wkwk xD Ada yang perlu saya luruskan disini: Saya tidak pernah menganggap kuliah sebagai sarana mencari ijazah lalu pamer gelar dan lantas pilih-pilih teman apalagi jodoh. Allah tidak menilai orang dari ijazah, lantas saya siapa mau pilih suami dari strata pendidikan? Wkwk. Alasan saya melanjutkan studi S2 bukan biar uang panai jadi tinggi macam yang di meme itu xD. Bahkan kalau misalnya saya juga menganggap diri saya sebuah barang yang bisa dilabeli dengan harga, saya juga tidak akan melabeli diri saya dengan harga tinggi. Kenapa? Saya yang tau  diri saya dengan semua kekurangannya. Dari segi akademik saya bukan mahasiswa yan...

Pada Deretan Huruf

Pada deretan huruf, aku tuliskan cerita. Tentang kita yang menyapa pagi, meramu siang, dan menghimpun malam. Kita yang sebelumnya tak saling kenal, dunia kita tak bersentuhan, lingkaran kita tak beririsan, lantas dipertemukan dalam suatu epidode yang mengakrabkan kita dengan cara istimewa. Pada deretan huruf, aku abadikan kisah. Tentang kau dan aku yang beda, yang tak serupa, tapi berjalan beriringan. Setiap kata merapalkan kejujuran, bahwa setiap beda tak mesti bertentang. Hal yang kadang membuat kita berdebat, nyatanya tetap bisa membuat kita tertawa bersama. Pada deretan huruf, aku rekam setiap momen. Tentang kau yang memahamkanku bahwa dunia bukanlah ruang sempit. Ia tak melulu tentang barat dan timur, atau utara dan selatan. Kau pula yang memahamkanku bahwa kita adalah bagian dari milyaran manusia, yang tertakdir bertemu disini. Pada deretan huruf, aku bekukan kenangan. Tentang kita yang selalu berceloteh bahwa hari seperti dilipat, dan harapan agar ia bisa sedikit melambat....