Langsung ke konten utama

Ar-Ra'd

Kebangun subuh dan tiba-tiba ingin nulis.

Kemarin malam porsi tilawah saya sampai pada ayat yang entah kenapa tiba-tiba membuat hati saya berdesir, karena kebetulan saya pernah membaca terjemahan dari ayat tersebut.

…salaamun ‘alaikum bimaa shabartum, fa ni’ma ‘uqbad daar…

Lalu saya sadar, saya berada di surah Ar-Ra'd.

Ayat tersebut merupakan sapaan malaikat untuk para penghuni Surga Adn, sebagaimana dijelaskan pada ayat sebelumnya, bahwa orang-orang shaleh akan berkumpul bersama keluarga mereka di surga Adn. Saya tau bahwa saya mungkin tidak cukup bertakwa untuk masuk ke sana, tapi saya yakin, berkumpul bersama keluarga, bertemu dengan Rasulullah dan orang-orang shalih di surga merupakan cita-cita semua orang beriman.

Sebagai manusia, salah satu ketakutan terbesar saya adalah kehilangan orang-orang yang saya sayangi. Entah itu keluarga, orang tua, sahabat, bahkan suami dan anak-anak saya kelak. Dan keluarga saya, meskipun masih lengkap, tapi sejak dulu sering hidup terpisah. Saya pernah memikirkan tentang kapan kami bisa benar-benar berkumpul. Tapi saya sadar, bahkan jika kami benar-benar hidup bersama, kami masih bisa terpisah karena kematian. Entah saya yang lebih dulu pergi, atau orang tua saya. Sampai akhirnya saya sampai pada kesimpulan, tempat berkumpul dimana tidak akan ada lagi perpisahan dan kekhawatiran adalah tempat kekal yang menjadi tujuan semua manusia: surga.

Kembali lagi ke surah Ar-Ra'd. Dalam dua ayat sebelumnya Allah swt berfirman:

Dan orang yang sabar karena mengharap keridhaan Tuhannya, melaksanakan shalat, dan menginfakkan sebagian rezeki yang Kami berikan kepada mereka, secara sembunyi atau terang-terangan serta menolak kejahatan dengan kebaikan, orang itulah yang mendapat tempat kesudahan (yang baik).

(yaitu) surga-surga 'Adn, mereka masuk ke dalamnya bersama dengan orang yang saleh dari nenek moyangnya, pasangan-pasangannya, dan anak cucunya, sedangkan para malaikat masuk ke tempat-tempat mereka dari semua pintu.

(QS Ar-Ra'd: 22-23)

Ulama tafsir menjelaskan tentang makna sabar di sini adalah bersabar dalam menaati hukum-hukum Allah swt. Bersabar dalam menjalankan perintah dan menjauhi larangan. Sebagaimana kita tau bahwa dunia juga merupakan ujian. Sementara tempat kembali yang baik artinya tempat yang abadi dimana tidak ada lagi kesedihan, yang ada hanya kebahagiaan yang kekal. Bahkan akal kitapun tidak akan sampai bisa membayangkan kenikmatan yang ada di sana. Silahkan baca sendiri atau nonton kajian tentang surga :). Kata ustadz, agar kita kembali sadar bahwa dunia ini kecil dan tidak ada apa-apanya dibandingkan negeri akhirat yang kekal.

Saya sadar, level takwa saya masih rendah, saya seorang pendosa yang sedang mendidik diri agar senantiasa bersahabat dengan iman dan takwa. Saya hanya berharap bagaimanapun bebalnya hati saya, semoga ia akan tetap kembali pada fitrahnya: kebaikan. Meskipun masih jauh dari kata baik, semoga kita masih menjadi bagian dari orang-orang yang mengupayakan kebaikan dan kesabaran.

Hingga kelak kita layak masuk ke surga Adn bersama orang-orang yang kita sayangi, dan mendapat sapaan dari malaikat

…salaamun ‘alaikum bimaa shabartum, fa ni’ma ‘uqbad daar…

selamat kepadamu atas segala kesabaranmu, betapa baiknya tempatmu kembali (surga)…

(QS. Ar-Ra'd: 24)



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Glimpse of Memorable Memories

I am writing this with Kiss the Rain and Stay in Memory by Yiruma playing in Youtube. It seriously making me baper . I am trying to remember every single thing we've been through together in the past 3 months. But this is not gonna be a long post that show every details. It's just the voice of  my heart (I don't know how to say curahan hati in English). Sorry if there are some things missed. Our story started at 29th of November 2015. In the day before the opening of our course program, we decided to meet in the gate of ITB for looking for a language center building. There were only 8 of us. Some of us maybe already knew each other because we came from the same region. But mostly, that was our first meet. Oh yes, I already met Cintya the beautiful moon accidentally in Juanda airport before. The next day, we finally met each other. All of us. I remember we sat in the front, introduced our name and the place where we came from. I also remember the Jembernese came togethe...

Perempuan, jodoh dan S2.

Kemarin saya dan Mama saya ngobrol santai di meja makan. Tiba-tiba bahasannya menyerempet ke arah jodoh. Sebenarnya saya selalu menghindari topik macam begini dengan keluarga saya. " Kamu kalau udah umur 25 belum nikah, udah susah cari jodoh nanti. S2 lagi" Tante saya juga pernah bilang : "Kamu nggak mau sama si X? Dia S2 juga loh" Wkwk xD Ada yang perlu saya luruskan disini: Saya tidak pernah menganggap kuliah sebagai sarana mencari ijazah lalu pamer gelar dan lantas pilih-pilih teman apalagi jodoh. Allah tidak menilai orang dari ijazah, lantas saya siapa mau pilih suami dari strata pendidikan? Wkwk. Alasan saya melanjutkan studi S2 bukan biar uang panai jadi tinggi macam yang di meme itu xD. Bahkan kalau misalnya saya juga menganggap diri saya sebuah barang yang bisa dilabeli dengan harga, saya juga tidak akan melabeli diri saya dengan harga tinggi. Kenapa? Saya yang tau  diri saya dengan semua kekurangannya. Dari segi akademik saya bukan mahasiswa yan...

Pada Deretan Huruf

Pada deretan huruf, aku tuliskan cerita. Tentang kita yang menyapa pagi, meramu siang, dan menghimpun malam. Kita yang sebelumnya tak saling kenal, dunia kita tak bersentuhan, lingkaran kita tak beririsan, lantas dipertemukan dalam suatu epidode yang mengakrabkan kita dengan cara istimewa. Pada deretan huruf, aku abadikan kisah. Tentang kau dan aku yang beda, yang tak serupa, tapi berjalan beriringan. Setiap kata merapalkan kejujuran, bahwa setiap beda tak mesti bertentang. Hal yang kadang membuat kita berdebat, nyatanya tetap bisa membuat kita tertawa bersama. Pada deretan huruf, aku rekam setiap momen. Tentang kau yang memahamkanku bahwa dunia bukanlah ruang sempit. Ia tak melulu tentang barat dan timur, atau utara dan selatan. Kau pula yang memahamkanku bahwa kita adalah bagian dari milyaran manusia, yang tertakdir bertemu disini. Pada deretan huruf, aku bekukan kenangan. Tentang kita yang selalu berceloteh bahwa hari seperti dilipat, dan harapan agar ia bisa sedikit melambat....