Tulisan pendek ini merupakan refleksi dari kegalauan yang saya rasakan belakangan.
Saya sadar, satu hal yang sangat mengganggu pikiran saya adalah saya yang sudah melukai kepercayaan orang yang saya sayangi. Rasanya seperti ingin membayar dengan apapun yang saya punya untuk menebusnya. Tapi pada akhirnya tidak ada yang bisa saya lakukan selain menyesali dan mengambil pelajaran. Tidak mudah mencari jalan keluar, saat harus berkompromi pada keadaan, disaat yang sama harus mempertahankan sesuatu yang berharga.
Dan yang lebih menyesakkan hati adalah kenyataan bahwa tidak ada yang bisa disalahkan disini selain diri sendiri. Dulu teman saya pernah bilang: kamu terlalu gampang percaya sama orang, makanya kamu sering dibohongin sama mamang-mamang angkot haha xD. Seakan terulang lagi di kepala: orang tidak akan membohongi kamu, tidak akan menyakiti kamu kalau kamu tidak membuka peluang untuk itu. Lagi-lagi kebodohan saya dalam mengambil keputusanlah yang harus disalahkan. Semoga kedepan saya bisa lebih tajam menilai sesuatu, lebih matang dalam pertimbangan, dan lebih bijak dalam mengambil keputusan, agar tidak ada yang disakiti.
Saya masih percaya bahwa kunci ketenangan adalah lapangnya hati dan jiwa. Sehingga setiap kali saya merasakan hati saya berat, artinya banyak hal yang harus dikeluarkan. Mungkin saja ada amanah yang tak tertunaikan, hati yang saya sakiti, prasangka yang terlalu saya manjakan di kepala, maaf yang tidak tersampaikan, atau mungkin kesalahan yang belum saya maafkan.
Tapi saya yakin tidak ada masalah yang tidak memiliki jalan keluar. Bahkan hati yang berat pun perlahan akan menemukan kelapangannya.
Atau mungkin Allah sedang ingin menegur, untuk setiap dosa yang alpa diistighfari, untuk setiap amalan rutin yang mulai ditinggalkan, untuk hati yang mulai tidak tawakkal. Sebagai manusia kita sering diuji dengan rasa malas, kekhilafan dan ketidakjernihan nalar. Untuk itu kita senantiasa butuh penuntun. Untuk itu kita senantiasa berdoa agar ditetapkan hatinya. Karena tidak ada yang lebih merisaukan dari berbolak-baliknya hati antara kebaikan dan keburukan.
Tulisan ini menjadi sangat random dan tidak fokus karena saya menulisnya dalam keadaan hati penuh sesak, tapi berusaha mengendalikan diri agar tidak berbagi energi negatif dalam tulisan :'D
Bahkan saat menulis inipun saya masih berusaha menjernihkan pikiran, berusaha berdamai dengan keadaan, berusaha memaafkan diri sendiri, berusaha membesarkan hati.
Saya percaya bahwa jiwa manusia dirancang untuk menjadi adaptif terhadap setiap level tempaan. Semoga setiap tempaan menjadikan kita orang yang layak naik kelas.
Yang kuat ya, hati :)
Saya sadar, satu hal yang sangat mengganggu pikiran saya adalah saya yang sudah melukai kepercayaan orang yang saya sayangi. Rasanya seperti ingin membayar dengan apapun yang saya punya untuk menebusnya. Tapi pada akhirnya tidak ada yang bisa saya lakukan selain menyesali dan mengambil pelajaran. Tidak mudah mencari jalan keluar, saat harus berkompromi pada keadaan, disaat yang sama harus mempertahankan sesuatu yang berharga.
Dan yang lebih menyesakkan hati adalah kenyataan bahwa tidak ada yang bisa disalahkan disini selain diri sendiri. Dulu teman saya pernah bilang: kamu terlalu gampang percaya sama orang, makanya kamu sering dibohongin sama mamang-mamang angkot haha xD. Seakan terulang lagi di kepala: orang tidak akan membohongi kamu, tidak akan menyakiti kamu kalau kamu tidak membuka peluang untuk itu. Lagi-lagi kebodohan saya dalam mengambil keputusanlah yang harus disalahkan. Semoga kedepan saya bisa lebih tajam menilai sesuatu, lebih matang dalam pertimbangan, dan lebih bijak dalam mengambil keputusan, agar tidak ada yang disakiti.
Saya masih percaya bahwa kunci ketenangan adalah lapangnya hati dan jiwa. Sehingga setiap kali saya merasakan hati saya berat, artinya banyak hal yang harus dikeluarkan. Mungkin saja ada amanah yang tak tertunaikan, hati yang saya sakiti, prasangka yang terlalu saya manjakan di kepala, maaf yang tidak tersampaikan, atau mungkin kesalahan yang belum saya maafkan.
Tapi saya yakin tidak ada masalah yang tidak memiliki jalan keluar. Bahkan hati yang berat pun perlahan akan menemukan kelapangannya.
Atau mungkin Allah sedang ingin menegur, untuk setiap dosa yang alpa diistighfari, untuk setiap amalan rutin yang mulai ditinggalkan, untuk hati yang mulai tidak tawakkal. Sebagai manusia kita sering diuji dengan rasa malas, kekhilafan dan ketidakjernihan nalar. Untuk itu kita senantiasa butuh penuntun. Untuk itu kita senantiasa berdoa agar ditetapkan hatinya. Karena tidak ada yang lebih merisaukan dari berbolak-baliknya hati antara kebaikan dan keburukan.
Tulisan ini menjadi sangat random dan tidak fokus karena saya menulisnya dalam keadaan hati penuh sesak, tapi berusaha mengendalikan diri agar tidak berbagi energi negatif dalam tulisan :'D
Bahkan saat menulis inipun saya masih berusaha menjernihkan pikiran, berusaha berdamai dengan keadaan, berusaha memaafkan diri sendiri, berusaha membesarkan hati.
Saya percaya bahwa jiwa manusia dirancang untuk menjadi adaptif terhadap setiap level tempaan. Semoga setiap tempaan menjadikan kita orang yang layak naik kelas.
Yang kuat ya, hati :)
Komentar