Langsung ke konten utama

Sampah pikiran

Tulisan pendek ini merupakan refleksi dari kegalauan yang saya rasakan belakangan.

Saya sadar, satu hal yang sangat mengganggu pikiran saya adalah saya yang sudah melukai kepercayaan orang yang saya sayangi. Rasanya seperti ingin membayar dengan apapun yang saya punya untuk menebusnya. Tapi pada akhirnya tidak ada yang bisa saya lakukan selain menyesali dan mengambil pelajaran. Tidak mudah mencari jalan keluar, saat harus berkompromi pada keadaan, disaat yang sama harus mempertahankan sesuatu yang berharga.

Dan yang lebih menyesakkan hati adalah kenyataan bahwa tidak ada yang bisa disalahkan disini selain diri sendiri. Dulu teman saya pernah bilang: kamu terlalu gampang percaya sama orang, makanya kamu sering dibohongin sama mamang-mamang angkot haha xD. Seakan terulang lagi di kepala: orang tidak akan membohongi kamu, tidak akan menyakiti kamu kalau kamu tidak membuka peluang untuk itu. Lagi-lagi kebodohan saya dalam mengambil keputusanlah yang harus disalahkan. Semoga kedepan saya bisa lebih tajam menilai sesuatu, lebih matang dalam pertimbangan, dan lebih bijak dalam mengambil keputusan, agar tidak ada yang disakiti.

Saya masih percaya bahwa kunci ketenangan adalah lapangnya hati dan jiwa. Sehingga setiap kali saya merasakan hati saya berat, artinya banyak hal yang harus dikeluarkan. Mungkin saja ada amanah yang tak tertunaikan, hati yang saya sakiti, prasangka yang terlalu saya manjakan di kepala, maaf yang tidak tersampaikan, atau mungkin kesalahan yang belum saya maafkan.

Tapi saya yakin tidak ada masalah yang tidak memiliki jalan keluar. Bahkan hati yang berat pun perlahan akan menemukan kelapangannya.

Atau mungkin Allah sedang ingin menegur, untuk setiap dosa yang alpa diistighfari, untuk setiap amalan rutin yang mulai ditinggalkan, untuk hati yang mulai tidak tawakkal. Sebagai manusia kita sering diuji dengan rasa malas, kekhilafan dan ketidakjernihan nalar. Untuk itu kita senantiasa butuh penuntun. Untuk itu kita senantiasa berdoa agar ditetapkan hatinya. Karena tidak ada yang lebih merisaukan dari berbolak-baliknya hati antara kebaikan dan keburukan.

Tulisan ini menjadi sangat random dan tidak fokus karena saya menulisnya dalam keadaan hati penuh sesak, tapi berusaha mengendalikan diri agar tidak berbagi energi negatif dalam tulisan :'D

Bahkan saat menulis inipun saya masih berusaha menjernihkan pikiran, berusaha berdamai dengan keadaan, berusaha memaafkan diri sendiri, berusaha membesarkan hati.

Saya percaya bahwa jiwa manusia dirancang untuk menjadi adaptif terhadap setiap level tempaan. Semoga setiap tempaan menjadikan kita orang yang layak naik kelas.

Yang kuat ya, hati :)


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Glimpse of Memorable Memories

I am writing this with Kiss the Rain and Stay in Memory by Yiruma playing in Youtube. It seriously making me baper . I am trying to remember every single thing we've been through together in the past 3 months. But this is not gonna be a long post that show every details. It's just the voice of  my heart (I don't know how to say curahan hati in English). Sorry if there are some things missed. Our story started at 29th of November 2015. In the day before the opening of our course program, we decided to meet in the gate of ITB for looking for a language center building. There were only 8 of us. Some of us maybe already knew each other because we came from the same region. But mostly, that was our first meet. Oh yes, I already met Cintya the beautiful moon accidentally in Juanda airport before. The next day, we finally met each other. All of us. I remember we sat in the front, introduced our name and the place where we came from. I also remember the Jembernese came togethe...

Perempuan, jodoh dan S2.

Kemarin saya dan Mama saya ngobrol santai di meja makan. Tiba-tiba bahasannya menyerempet ke arah jodoh. Sebenarnya saya selalu menghindari topik macam begini dengan keluarga saya. " Kamu kalau udah umur 25 belum nikah, udah susah cari jodoh nanti. S2 lagi" Tante saya juga pernah bilang : "Kamu nggak mau sama si X? Dia S2 juga loh" Wkwk xD Ada yang perlu saya luruskan disini: Saya tidak pernah menganggap kuliah sebagai sarana mencari ijazah lalu pamer gelar dan lantas pilih-pilih teman apalagi jodoh. Allah tidak menilai orang dari ijazah, lantas saya siapa mau pilih suami dari strata pendidikan? Wkwk. Alasan saya melanjutkan studi S2 bukan biar uang panai jadi tinggi macam yang di meme itu xD. Bahkan kalau misalnya saya juga menganggap diri saya sebuah barang yang bisa dilabeli dengan harga, saya juga tidak akan melabeli diri saya dengan harga tinggi. Kenapa? Saya yang tau  diri saya dengan semua kekurangannya. Dari segi akademik saya bukan mahasiswa yan...

Pada Deretan Huruf

Pada deretan huruf, aku tuliskan cerita. Tentang kita yang menyapa pagi, meramu siang, dan menghimpun malam. Kita yang sebelumnya tak saling kenal, dunia kita tak bersentuhan, lingkaran kita tak beririsan, lantas dipertemukan dalam suatu epidode yang mengakrabkan kita dengan cara istimewa. Pada deretan huruf, aku abadikan kisah. Tentang kau dan aku yang beda, yang tak serupa, tapi berjalan beriringan. Setiap kata merapalkan kejujuran, bahwa setiap beda tak mesti bertentang. Hal yang kadang membuat kita berdebat, nyatanya tetap bisa membuat kita tertawa bersama. Pada deretan huruf, aku rekam setiap momen. Tentang kau yang memahamkanku bahwa dunia bukanlah ruang sempit. Ia tak melulu tentang barat dan timur, atau utara dan selatan. Kau pula yang memahamkanku bahwa kita adalah bagian dari milyaran manusia, yang tertakdir bertemu disini. Pada deretan huruf, aku bekukan kenangan. Tentang kita yang selalu berceloteh bahwa hari seperti dilipat, dan harapan agar ia bisa sedikit melambat....