Di setiap senja, biar kututurkan tentang peluh yang selalu kau keluh;
memudarkan senyum, melelahkan jiwa.
Lupakah kau akan tujuanmu?
Mengejar mulia hingga nafasmu berhenti.
Tak perlu kau tanya tentang teorema kehidupan,
Tuhan sudah mendefinisikan lewat ayat-ayatNya,
juga tentang sejatinya ibadah, seperti merahnya senja ini,
yang menurut pada titah agung , melebur dalam gelap.
Di setiap senja, biar ku jelaskan tentang lelah yang membuatmu menyerah;
Senyum saja walau tak beralasan.
Karena peluhmu, akan tercatat sebagai pahala yang tak menyudah,
Malaikat tak pernah alpa dan Tuhan tak pernah tidur.
Semua terpatri dalam hatimu yang senantiasa menyabar,
walau tak jarang amarahmu merangsang takabur,
karena kecewa yang meyayat juga bahagia yang menguap.
Di setiap senja, biar ku uraikan tentang letih yang membuatmu tertatih;
kau tentu tahu tentang manisnya surga,
yang menyeringai tawa, menggetar jiwa, membuncah asa.
Biarkan ia selalu berkobar dalam murninya tauhid,
Agar kau tak lena dengan sekarat bertopeng nikmat.
Cukuplah iman yang menjadi
landasanmu.
Hingga akhirnya semesta tunduk, pada titahNya yang tak terbantah.
Dan senja kali ini, biar ku tanya kau satu hal:
“ masih tak relakah kau menukar fananya dunia, dengan abadinya akhirat?”
Komentar