Langsung ke konten utama

Kekhawatiran untuk bertumbuh

Tepat hari ini saya berusia dua empat. Beberapa doa masuk inbox saya, yang tentu saja saya amini satu-satu. Sebenarnya sudah lama saya berhenti mengistimewakan hari ulang tahun. Tak jarang hari ini berlalu seperti biasa. Hanya saja yang membuat saya begitu terperangah adalah fakta bahwa besok hari saya mulai menuju seperempat abad. Seakan tidak percaya bahwa saya sudah berada di tahap ini. Saat masyarakat dan keluarga mulai melihat saya sebagai sosok yang cukup dewasa, saya masih merasa seperti saya yang dulu, tak ada yang berubah, saya masih dengan sikap dan sifat yang kekanakan.

Melihat lagi beberapa tahun ke belakang. Di tahun terakhir saya di SMA, sahabat saya berkata: "saya tidak bisa membayangkan kamu berada di bangku kuliah, kuliah hanya untuk orang-orang dewasa." Saya pun merasa seperti itu, saya belum cukup dewasa untuk itu.

Saat sepupu sekaligus sahabat saya mulai menikah dan membangun keluarga kecilnya, saat teman-teman mulai mengirimkan undangan pernikahan atau akikah anaknya, saat teman lain mulai membangun bisnisnya, mulai meniti karir, saya masih disini, belum melakukan apa-apa. Masih menganggap diri saya belum pantas, masih menganggap diri saya seperti yang dulu.

Saat orang tua mulai membahas masalah jodoh dan masa depan, saya masih merasa canggung, saya masih merasa seperti dulu, saat dimana perbincangan tentang lawan jenis adalah hal yang tabu. Dan hal-hal yang terkait dengan roman picisan adalah hal yang dilarang. Saya masih merasa saya hanyalah seorang anak remaja dengan orang tua yang protektif masalah hubungan dengan lawan jenis.

Kadang saya ingin menepi sejenak. Melupakan kekhawatiran akan masa depan yang terlihat begitu menakutkan untuk orang pesimis seperti saya. Melupakan kekhawatiran untuk bertumbuh, yang sebenarnya berasal dari kesadaran bahwa sebenarnya diri ini belum siap, belum mengumpulkan bekal yang cukup.

Belajar dari kehidupan selama bertahun-tahun, belajar dari lingkungan yang berbeda-beda, belajar dari lingkaran pertemanan yang beragam, belajar dari kesalahan, belajar dari keberhasilan, belajar dari kegagalan,  belajar untuk hidup mandiri, belajar untuk memahami, belajar untuk memperkaya sudut pandang, belajar untuk melihat dan merasakan banyak hal baru, dan segala macam proses belajar yang telah saya lalui selama bertahun-tahun, rasanya masih belum cukup. Saya masih butuh keberanian untuk memulai, saya masih butuh keberanian untuk beranjak, dan yang penting, saya masih butuh keyakinan terhadap diri sendiri.

Keyakinan untuk terus bertumbuh, keyakinan untuk terus mendewasa, hingga akhirnya saya bisa menghargai diri sendiri, hingga akhirnya saya benar-benar merasa layak dan pantas untuk diberikan amanah yang lebih berat.

Kekhawatiran untuk bertumbuh, semoga semakin terkikis seiring usia yang semakin mendewasa.

Bismillah, menuju usia seperempat abad :)


Komentar

Anonim mengatakan…
Just Believe It!
Anonim mengatakan…
Apa yang membuat anda ragu dengan diri anda?
Rafiqah Setiawaty mengatakan…
Entahlah 😶
Anonim mengatakan…
Semestinya terdeteksi apa yg meragukan..

Kalai tak ada. Ya sudah. Tak perlu ragu dan khawatir..

#JustBelieveIt

Postingan populer dari blog ini

Glimpse of Memorable Memories

I am writing this with Kiss the Rain and Stay in Memory by Yiruma playing in Youtube. It seriously making me baper . I am trying to remember every single thing we've been through together in the past 3 months. But this is not gonna be a long post that show every details. It's just the voice of  my heart (I don't know how to say curahan hati in English). Sorry if there are some things missed. Our story started at 29th of November 2015. In the day before the opening of our course program, we decided to meet in the gate of ITB for looking for a language center building. There were only 8 of us. Some of us maybe already knew each other because we came from the same region. But mostly, that was our first meet. Oh yes, I already met Cintya the beautiful moon accidentally in Juanda airport before. The next day, we finally met each other. All of us. I remember we sat in the front, introduced our name and the place where we came from. I also remember the Jembernese came togethe...

Perempuan, jodoh dan S2.

Kemarin saya dan Mama saya ngobrol santai di meja makan. Tiba-tiba bahasannya menyerempet ke arah jodoh. Sebenarnya saya selalu menghindari topik macam begini dengan keluarga saya. " Kamu kalau udah umur 25 belum nikah, udah susah cari jodoh nanti. S2 lagi" Tante saya juga pernah bilang : "Kamu nggak mau sama si X? Dia S2 juga loh" Wkwk xD Ada yang perlu saya luruskan disini: Saya tidak pernah menganggap kuliah sebagai sarana mencari ijazah lalu pamer gelar dan lantas pilih-pilih teman apalagi jodoh. Allah tidak menilai orang dari ijazah, lantas saya siapa mau pilih suami dari strata pendidikan? Wkwk. Alasan saya melanjutkan studi S2 bukan biar uang panai jadi tinggi macam yang di meme itu xD. Bahkan kalau misalnya saya juga menganggap diri saya sebuah barang yang bisa dilabeli dengan harga, saya juga tidak akan melabeli diri saya dengan harga tinggi. Kenapa? Saya yang tau  diri saya dengan semua kekurangannya. Dari segi akademik saya bukan mahasiswa yan...

Pada Deretan Huruf

Pada deretan huruf, aku tuliskan cerita. Tentang kita yang menyapa pagi, meramu siang, dan menghimpun malam. Kita yang sebelumnya tak saling kenal, dunia kita tak bersentuhan, lingkaran kita tak beririsan, lantas dipertemukan dalam suatu epidode yang mengakrabkan kita dengan cara istimewa. Pada deretan huruf, aku abadikan kisah. Tentang kau dan aku yang beda, yang tak serupa, tapi berjalan beriringan. Setiap kata merapalkan kejujuran, bahwa setiap beda tak mesti bertentang. Hal yang kadang membuat kita berdebat, nyatanya tetap bisa membuat kita tertawa bersama. Pada deretan huruf, aku rekam setiap momen. Tentang kau yang memahamkanku bahwa dunia bukanlah ruang sempit. Ia tak melulu tentang barat dan timur, atau utara dan selatan. Kau pula yang memahamkanku bahwa kita adalah bagian dari milyaran manusia, yang tertakdir bertemu disini. Pada deretan huruf, aku bekukan kenangan. Tentang kita yang selalu berceloteh bahwa hari seperti dilipat, dan harapan agar ia bisa sedikit melambat....