Langsung ke konten utama

Perempuan dan Kosmetik

Ceritanya dulu waktu kecil saya suka mandi laut di siang bolong. Alhasil kulit saya jadi coklat mengkilat macam monyet. Akhirnya mama saya jadi rajin lulurin saya dan pas SMP saya udah terbiasa pakai pelembab.

Saya sebenarnya lebih suka merawat daripada memoles. Mama saya juga selalu bilang kalau perempuan cantik itu bukan karena make-up tapi hati yang cantik dan kulit yang sehat. Karena itulah saya lebih memilih skincare daripada kosmetik yang bersifat dekoratif seperti make-up. Itupun yang standar-standar aja. Pembersih dan pelembab. Kenal skincare yang macam-macam pas udah kuliah S2. Pakai daily defense cream atau bahasa kerennya DD cream untuk sun protection, sama lip balm karena bibir saya super kering. Dulu saya malas pakai lipbalm, jadi tidak bisa lama-lama di ruang ber-AC karena bibirnya retak dan berdarah kalau senyum xD.

Saya tidak sedang mengajak para ladies untuk bertabarruj ya. Nggak kok. Saya suka dengan penampilan apa adanya. Hanya saja memakai krim-krim di wajah sebelum keluar itu bukan untuk sarana berhias, tapi bentuk penjagaan kita dari paparan ultraviolet, polusi dan debu yang bisa bikin kerusakan bahkan sampai kanker kulit. Pakai bedakpun supaya wajah terlihat segar dan present-able. Dan hanya butuh kurang dari semenit untuk aplikasinya di wajah.

Sekarang banyak beredar di pasaran produk skincare yang aman dan terjangkau. Atau kalau kamu tidak mau pakai produk berbahan kimia, ada juga kok yang bahan dasarnya alami. Tergantung preferensi masing-masing. Saya juga bukan pakar kecantikan yang mau mengajak semua orang pakai kosmetik. Hanya saja saya tidak ingin karena alasan tidak mau berhias keluar rumah lantas kita mengabaikan nutrisi untuk kulit. Menjaga penampilan yang baik hanyalah salah satu cara kita menghargai diri sendiri. Asalkan masih dalam koridor syar'i, tidak melanggar batas, tidak mengubah ciptaan Allah, dan bukan untuk sarana berhias atau menarik perhatian.

Tapi kan sebagai muslim kita tahu kalau air wudhu itu bisa mencerahkan dan bikin awet muda? Lagipula beda kan orang yang cantik karena kosmetik dengan cantik karena wudhu?

Iya benar memang. Tapi menurut saya, mereka yang terlihat cantik dengan air wudhu adalah mereka yang juga punya kepribadian yang cantik, dan senantiasa menghiasi diri dengan ilmu dan akhlak yang baik. Aduhai, perempuan-perempuan macam begini yang selalu bikin saya iri.

Air wudhu tentu saja sangat bermanfaat bagi kulit. Hanya saja, yang perlu diingat adalah kita berwudhu dalam rangka ibadah, bukan untuk membuat wajah menjadi cerah. Kita berharap bekas wudhu kita akan meninggalkan cahaya yang membuat kita dikenali Rasulullah sebagai ummatnya di akhirat kelak.

Akhirnya sih kembali ke pilihan masing-masing. Karena penampilan memang yang pertama tapi bukan yang utama. Tetap saja pada akhirnya kepribadian kita yang akan dinilai orang, dan ketakwaan kita yang akan dinilai Allah. Karena itu jangan lupa untuk memoles yang utama: ilmu dan akhlak :)



-Ika

Ditulis berdasarkan pendapat pribadi. Boleh sependapat boleh nggak. Sekali lagi kosmetik yang dimaksud disini bukan kosmetik yang bersifat dekoratif atau untuk tujuan estetika. Tapi kosmetik yang berfungsi untuk merawat dan menjaga :)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Glimpse of Memorable Memories

I am writing this with Kiss the Rain and Stay in Memory by Yiruma playing in Youtube. It seriously making me baper . I am trying to remember every single thing we've been through together in the past 3 months. But this is not gonna be a long post that show every details. It's just the voice of  my heart (I don't know how to say curahan hati in English). Sorry if there are some things missed. Our story started at 29th of November 2015. In the day before the opening of our course program, we decided to meet in the gate of ITB for looking for a language center building. There were only 8 of us. Some of us maybe already knew each other because we came from the same region. But mostly, that was our first meet. Oh yes, I already met Cintya the beautiful moon accidentally in Juanda airport before. The next day, we finally met each other. All of us. I remember we sat in the front, introduced our name and the place where we came from. I also remember the Jembernese came togethe...

Perempuan, jodoh dan S2.

Kemarin saya dan Mama saya ngobrol santai di meja makan. Tiba-tiba bahasannya menyerempet ke arah jodoh. Sebenarnya saya selalu menghindari topik macam begini dengan keluarga saya. " Kamu kalau udah umur 25 belum nikah, udah susah cari jodoh nanti. S2 lagi" Tante saya juga pernah bilang : "Kamu nggak mau sama si X? Dia S2 juga loh" Wkwk xD Ada yang perlu saya luruskan disini: Saya tidak pernah menganggap kuliah sebagai sarana mencari ijazah lalu pamer gelar dan lantas pilih-pilih teman apalagi jodoh. Allah tidak menilai orang dari ijazah, lantas saya siapa mau pilih suami dari strata pendidikan? Wkwk. Alasan saya melanjutkan studi S2 bukan biar uang panai jadi tinggi macam yang di meme itu xD. Bahkan kalau misalnya saya juga menganggap diri saya sebuah barang yang bisa dilabeli dengan harga, saya juga tidak akan melabeli diri saya dengan harga tinggi. Kenapa? Saya yang tau  diri saya dengan semua kekurangannya. Dari segi akademik saya bukan mahasiswa yan...

Pada Deretan Huruf

Pada deretan huruf, aku tuliskan cerita. Tentang kita yang menyapa pagi, meramu siang, dan menghimpun malam. Kita yang sebelumnya tak saling kenal, dunia kita tak bersentuhan, lingkaran kita tak beririsan, lantas dipertemukan dalam suatu epidode yang mengakrabkan kita dengan cara istimewa. Pada deretan huruf, aku abadikan kisah. Tentang kau dan aku yang beda, yang tak serupa, tapi berjalan beriringan. Setiap kata merapalkan kejujuran, bahwa setiap beda tak mesti bertentang. Hal yang kadang membuat kita berdebat, nyatanya tetap bisa membuat kita tertawa bersama. Pada deretan huruf, aku rekam setiap momen. Tentang kau yang memahamkanku bahwa dunia bukanlah ruang sempit. Ia tak melulu tentang barat dan timur, atau utara dan selatan. Kau pula yang memahamkanku bahwa kita adalah bagian dari milyaran manusia, yang tertakdir bertemu disini. Pada deretan huruf, aku bekukan kenangan. Tentang kita yang selalu berceloteh bahwa hari seperti dilipat, dan harapan agar ia bisa sedikit melambat....