Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari 2019

Episode 2: Kemelekatan

Dulu sebelum menikah, saya melihat perilaku terlalu bergantung dengan pasangan, selalu meminta perhatian dan membatasi gerak pasangan, atau perempuan yang selalu ingin dekat dengan pasangan adalah perilaku norak. Bagi saya, perempuan adalah manusia independen, hamba Allah yang memiliki kelebihannya sendiri, yang juga dibekali akal dan hati untuk mengontrol perasaan dan logikanya. Dan yang pasti, perempuan adalah makhluk yang utuh dengan atau tanpa perhatian dari pasangannya. Namun kenyataannya, setelah menikah indepedensi saya sebagai perempuan diuji. Saya malah menjadi norak. Saya suka mencari perhatian dan saya merasa sangat melekat dengan suami. Saya merasa suami adalah milik saya sepenuhnya, yang tingkah lakunya harus saya kontrol selalu, yang keberadaannya harus selalu dalam radar saya, yang eksistensi dan ruang geraknya seperti ingin saya kunci dalam genggaman saya. Yang perhatiannya harus selalu tercurah untuk saya. Senorak itu seorang istri pemula ini. Rasa kepemilikan ya...

Rumah Tangga Muda - Episode 1: unlock basic skills

Bismillah.. Lama tak menyapa, saya sejujurnya kangen sekali menulis. Meminjam istilah yang dipopulerkan masgun, seorang tumblogger yang saya ikuti, saya ingin menulis sedikit hal yang masih relateable dengan kehidupan yang saya jalani sekarang. Tulisan ini adalah sedikit tentang kontemplasi selama saya menapaki episode-episode awal pernikahan. Sebuah refleksi tentang apa saja yang saya pelajari dan skill apa saja yang ingin terus saya latih dalam menjalankan rumah tangga yang insyaAllah seumur hidup ini. Pertama, manajemen waktu dan tenaga. Mencintai adalah kata kerja yang dalam implementasinya ternyata membutuhkan banyak sekali sumber daya. Baik itu waktu, tenaga, dan pikiran, materi, dll. Manajemen waktu yang baik akan membuatmu tetap bisa menjalankan semua kewajibanmu untuk masyarakat, pekerjaan, dan keluarga. Seringkali keluarga mendapatkan porsi terakhir dari waktu dan tenaga kita, padahal mengupayakan keluarga juga penting sebagaimana kita mengupayakan pekerjaan, karir, dan c...

Repost - Gagal Paham Soal Perempuan

Disalin dari tulisan aslinya di sini .  Jadi gini gaes , beberapa hari yang lalu saya baca tulisannya Dr. Abbas syauman dengan judul “ahkām al-marah wa mustajaddāt al-‘ashr.” Inti tulisannya adalah meluruskan pandangan-pandangan keliru terkait perempuan. Dari sarpati tulisan beliau inilah kemudian saya kembangkan jadi  tulisan ini. Berikut beberapa hal yang seringkali gagal dipahami secara  proporsional: 1. Perempuan itu fitnah. Laki-laki? Ada 3 fitnah utama bagi para lelaki di dunia ini; harta, tahta, dan  wanita. Kenapa wanita terakhir? Soalnya itu puncak fitnah terberat buat  kaum pria, berkali lipat lebih berat dari firnah akhir bulan bagi  mahasiswa. Ih malah curhat~ kenawyh? Soalnya Rasul sendiri bilang kan, ‘tiada fitnah yang lebih dahsyat bagi lelaki dari fitnahnya wanita.’ Tapi apakah para lelaki tidak bisa jadi fitnah buat perempuan? Iya, rasul bilang perempuan itu fitnah bagi para lelaki. Tapi itu  tidak lant...

Tiga Puluh Juni

Mengambil nafas sembari merenungkan kembali, aku telah mengambil keputusan besar dalam hidup: menjadi seorang istri. Is.tri. Untuk seseorang yang amat sangat terbiasa dengan kesendirian, merasa sangat independen dan bisa melakukan semuanya sendiri, mengambil keputusan untuk berbagi apapun, termasuk berbagi kamar, tempat paling privasi, adalah sebuah keputusan besar. Mau dikata apa lagi, saat telah datang seseorang, menawarkan hati sebagai rumah tempat kembali, dan keinginan membangun cinta setiap hari, apalagi dia adalah nama yang sudah lama terukir. ----- Melihat kembali ke belakang, seseorang yang tidak pernah kuduga sebelumnya. Tak ada sapa akrab di awal, hanya sekedar lewat. Bahkan saat kami mulai saling melempar obrolan, semuanya terasa biasa saja. Terlampau biasa untuk sebuah rasa yang entah kenapa, dan entah sejak kapan, mulai menggangguku. Ya.. Tak bisa kupungkiri bahwa dia telah lama menjadi hal yang kusemogakan, entah sejak kapan. Sering kuselipkan doa. Doa yang s...

Kualitas

Masih harus nyicil kerjaan tapi banyak sekali yang ingin dikeluarkan. Setelah menunggu emosi mereda, saya memutuskan untuk menulis. Mengingat tidak lama lagi saya akan memasuki usia 26 dan saya pernah menulis "semoga di setiap pertambahan angka, kualitas pribadi juga ikut bertumbuh" Saya tergelitik menulis tentang kualitas diri, karena belangan saya menerima banyak sekali kritik. Dari dulu saya sering bicara tentang kedewasaan, karena salah satu tolak ukur yang saya gunakan untuk mengukur kualitas diri adalah dengan melihat seberapa dewasa saya hari ini, seberapa matang saya dalam berpikir dan bersikap, dan seberapa lihai saya dalam mengambil keputusan. Saya juga menilainya dari ketahanan diri saya dalam menghadapi dan merespon setiap kesulitan. Bagi saya, berhasil melewati satu kesulitan dengan cara yang baik adalah tanda bahwa saya siap untuk kesulitan lain yang lebih berat. Dan setiap kesulitan akan mengasah kualitas diri saya. Dari situ saya biasanya mendapat keku...

Halo 2019!

Kata seorang teman, manusia adalah tempatnya salah dan lupa, dan tempatnya membuat alasan. Berbagai alasan membuat saya enggan bersuara lagi di sini, sampai akhirnya banyak waktu terlewat dan banyak momen tak terabadikan di sini. 2018 berakhir. Dengan emosi nano-nano. Saya lulus, saya wisuda, saya di*****, saya pulang kampung. Lalu 2019 datang, saya harus menghadapi kenyataan bahwa segalanya tidak bisa sama seperti semula. Lingkungan baru memaksa saya untuk melenturkan hati dan jiwa agar bisa menyesuaikan dengan keadaan dan kembali belajar beradaptasi dengan sedikit melankolis pada awalnya. Terbiasa menjadi bungsu membuat sikap (sok) manja saya kadang keluar begitu saja ( padahal tahun ini saya akan memasuki usia dua enam. Astaga ). Apalagi saat saya merasa nyaman dan merasa bergantung pada orang lain. Tentu saja ini merepotkan, termasuk untuk seorang manusia biasa yang saya bebankan dengan ekspektasi dan tuntutan berlebihan. Padahal disaat bersamaan ada banyak urusan lain yang j...