Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari 2018

Cita-cita

Dalam perjalanan pulang, di tengah kemacetan kota Bogor. "Kak, rencananya setelah lulus mau ngapain?" "Ingin berkontribusi melalui entrepreneurship, saya ingin jadi entrepreneur yang bisa memberdayakan masyarakat." Saya diam saja mendengarkan. "Saya ingin menimba ilmu sebanyak-banyaknya di sini, setelah itu saya ingin pergi ke tempat yang belum pernah saya datangi, tempat paling pelosok, ingin mengabdikan diri di sana sambil membangun usaha." Selanjutnya si kakak bercerita tentang step-step yang akan dia lakukan untuk mewujudkan mimpi-mimpinya. Lalu saya bertanya pada diri sendiri, hidup seperti apa sebenarnya yang ingin saya jalani? Ingin mencari uang? Eksistensi? Aktualisasi diri? Atau ingin punya kesibukan saja? Ingin berkontribusi dan berdaya? Sambil meluangkan waktu untuk bisa berkumpul bersama orang-orang tersayang, dan menjalani kehidupan dengan tenang? Lalu bagaimana setelah menikah dan punya anak? Bagaimana jika ternyata anak-anak saya...

Palu

Terhitung satu minggu setelah gempa yang diikuti tsunami mengguncang Palu. Jangan ditanya perasaan saya saat itu, saya tidak bisa tidur, maag saya tiba-tiba kambuh karena stres memikirkan keluarga dan teman-teman di Palu. Semalaman saya terjaga sambil memandangi layar ponsel. Teringat percakapan terakhir saya dengan Mama saya sebelum beliau sampai di Palu. "Ika nanti Mama ke rumah tante Asma lewat jalan mana?" Lalu saya menjelaskan seperti biasa, sama sekali tidak terpikirkan akan terjadi bencana yang begitu dahsyat keesokan harinya. Saat itu Mama akan menemani kakek saya berobat di Rumah Sakit di Palu karena kedua ginjalnya tidak berfungsi sehingga harus segera cuci darah. Kita manusia selalu lupa bahwa detik yang kita punya hanya detik ini. Detik selanjutnya masih menjadi rahasia Allah. Kita tidak pernah tau, apa yang duluan datang, rencana kita atau ketetapanNya. Apabila bumi diguncangkan dengan guncangan yang dahsyat, dan bumi telah mengeluarkan beban-beban berat...

Ar-Ra'd

Kebangun subuh dan tiba-tiba ingin nulis. Kemarin malam porsi tilawah saya sampai pada ayat yang entah kenapa tiba-tiba membuat hati saya berdesir, karena kebetulan saya pernah membaca terjemahan dari ayat tersebut. …salaamun ‘alaikum bimaa shabartum, fa ni’ma ‘uqbad daar… Lalu saya sadar, saya berada di surah Ar-Ra'd. Ayat tersebut merupakan sapaan malaikat untuk para penghuni Surga Adn, sebagaimana dijelaskan pada ayat sebelumnya, bahwa orang-orang shaleh akan berkumpul bersama keluarga mereka di surga Adn. Saya tau bahwa saya mungkin tidak cukup bertakwa untuk masuk ke sana, tapi saya yakin, berkumpul bersama keluarga, bertemu dengan Rasulullah dan orang-orang shalih di surga merupakan cita-cita semua orang beriman. Sebagai manusia, salah satu ketakutan terbesar saya adalah kehilangan orang-orang yang saya sayangi. Entah itu keluarga, orang tua, sahabat, bahkan suami dan anak-anak saya kelak. Dan keluarga saya, meskipun masih lengkap, tapi sejak dulu sering hidup terpi...

Sampah pikiran

Tulisan pendek ini merupakan refleksi dari kegalauan yang saya rasakan belakangan. Saya sadar, satu hal yang sangat mengganggu pikiran saya adalah saya yang sudah melukai kepercayaan orang yang saya sayangi. Rasanya seperti ingin membayar dengan apapun yang saya punya untuk menebusnya. Tapi pada akhirnya tidak ada yang bisa saya lakukan selain menyesali dan mengambil pelajaran. Tidak mudah mencari jalan keluar, saat harus berkompromi pada keadaan, disaat yang sama harus mempertahankan sesuatu yang berharga. Dan yang lebih menyesakkan hati adalah kenyataan bahwa tidak ada yang bisa disalahkan disini selain diri sendiri. Dulu teman saya pernah bilang: kamu terlalu gampang percaya sama orang, makanya kamu sering dibohongin sama mamang-mamang angkot haha xD . Seakan terulang lagi di kepala: orang tidak akan membohongi kamu, tidak akan menyakiti kamu kalau kamu tidak membuka peluang untuk itu. Lagi-lagi kebodohan saya dalam mengambil keputusanlah yang harus disalahkan. Semoga kedepan s...

Pekerjaan Orang Kuat

Oleh: Anis Matta Cinta adalah kata yang mewakili seperangkat kepribadian yang utuh: gagasan, emosi dan tindakan. Gagasannya adalah tentang bagaimana membuat orang yang kita cintai tumbuh dan berkembang menjadi baik, dan berbahagia karenanya. Ia juga emosi yang penuh kehangatan dan gelora karena seluruh isinya adalah semata-mata keinginan baik. Tapi ia harus mengejawantah dalam tindakan nyata. Sebab gagasan dan emosi tidak mengubah apapun dalam kehidupan kita kecuali setelah ia menjelma jadi aksi. Orang-orang seringkali hanya mengambil bagian tengah dari cinta: emosi. Dalam kehidupan mereka cinta adalah gumpalan perasaan yang romantis dan penuh keindahan. Mereka bahkan mungkin bisa memutuskan untuk mempertahankan suatu penderitaan seringkali karena mereka menikmati romantikanya: hidup di gubuk derita, makan sepiring berdua. Mereka melankolik. Karenanya kehidupan mereka tidak berkembang. Cinta dalam pengertian yang luas inilah yang menjamin bahwa suatu hubungan dapat dipertahankan ...

Mencukup dengan syukur

Hari ini saya kehilangan sendal kesayangan yang sudah bersama saya kurang lebih 4 bulan. Kemalingan. Hehe. Tiba-tiba saya sadar, saya juga tidak punya sepatu lagi di kosan. Udah dikasih ke ibu kos pas pindahan karena dikira udah nggak dipake lagi :''). Tiba-tiba teringat cerita Papa dulu waktu beliau sekolah di tingkat SMA. Waktu itu ke sekolah cuma pakai sendal, naik kelas 2 baru dibelikan sepatu baru. Saking senangnya punya sepatu baru, tiap pulang sekolah sepatunya dikardusin lagi dan ditaruh di atas lemari. Sampai akhirnya dimakan tikus di atas lemari dan ke sekolah terpaksa pakai sendal lagi xD. Setiap kali orang tua saya bercerita tentang pengalaman sekolah dan pegalaman kuliahnya, mereka selalu mengajarkan saya untuk bersyukur. Betapa kehidupan saya dipenuhi dengan kemudahan dan kelapangan. Saya bisa sekolah dan kuliah dengan fasilitas memadai. Meskipun sempat beberapa kali berada dalam krisis sampai Mama saya harus pinjam uang untuk kiriman bulanan saya, tapi saya t...

Sampah pikiran episode sekian

Belakangan saya jadi sering mempertanyakan diri sendiri. Untuk setiap keputusan-keputusan yang saya ambil. Sebagian waktu saya sepertinya teralokasikan untuk memahami diri sendiri. Saat saya menyadari sesuatu terjadi pada saya, saya berusaha mencari benang merah dengan kejadian-kejadian lain, berusaha menyambungkan titik-titik ke belakang, sampai ketemu akar permasalahannya. Seperti misalnya kenapa saya sempat berhenti dari media sosial dan menghapus akun-akun saya, kenapa 3 tahun terakhir ponsel saya selalu dalam mode hening, tidak ada nada dering, kenapa saya sering mengatur blog saya dalam mode private, dan masih banyak lagi. Jawabannya tidak akan saya bagi disini. Anyways, tahun ini saya genap seperempat abad. Saya tidak pernah percaya dengan quarter life crisis, tapi sepertinya saya mengalaminya (but I still deny it, I am still figuring out what's exactly happen to me). Semacam butuh motivasi tapi juga sadar kalau di usia segini motivasi dari luar nggak ada gunanya kal...

Monolog

*di sebuah kedai bakso paling enak di Bogor "Kekhawatiran kamu soal menikah apa?" "Aku cuma takut kalau niatku belum lurus hingga nanti hasilnya juga nggak baik dan tidak mendapat pertolongan Allah saat kita dilanda masalah." Lalu saya sadar, semua akar kekhawatiran saya masalah pernikahan adalah masalah niat. Saya dari dulu paham, menikah itu ibadah, ibadah terpanjang. Saya paham, menikah itu untuk membangun keluarga, sebuah lingkup dakwah terkecil, sebuah pilar peradaban yang harus dimulai dengan niat yang benar. Saat ia dimulai dengan niat tidak lurus, maka bisa jadi orientasi kedepan akan melulu tentang masalah duniawi sehingga dunia dan segala ketidakpastiannya akan menimbulkan banyak kekhawatiran. Wajar sebenarnya, tapi tidak perlu terlalu berlebihan. Takut hidup dalam kekurangan dan keterbatasan? Ada Allah yang menjamin rezeki. Sementara kita adalah manusia yang dibekali akal dan pikiran, serta fisik yang sempurna, itu adalah modal untuk ...
" Makin tua kok hidup gue makin sepi ya?" - saya, pada suatu hari xD Memang pergaulan saya tidak begitu luas, dan dalam perjalanan, saya kehilangan beberapa orang, juga bertemu dengan orang-orang baru. Maha baik Allah selalu mempertemukan saya dengan orang-orang yang memberi banyak pelajaran. Sebagai orang yang tidak pandai menjaga sebuah hubungan, saya menyadari bahwa saya kehilangan banyak teman. Kesibukan, lingkungan baru, prioritas, dan banyak hal lainnya mulai menciptakan jarak sedikit demi sedikit. Kadang saya merasa saya yang meninggalkan, kadang juga saya merasa ditinggalkan. Kadang saat melihat ke belakang saya merasa rindu, dan tidak ada yang lebih menyesakkan daripada merindukan masa lalu. Meski begitu saya bahagia, saat bertemu kami mungkin akan tertawa mengingat banyak hal yang pernah dilewati bersama. Lingkaran saya semakin kecil, dan saya memutuskan untuk menjaga lingkaran ini dengan baik. Saya tidak pernah bisa menyenangkan hati semua orang, tapi saya  ...

Halo!

Ternyata sudah 4 bulan sejak terakhir menulis disini. Belakangan sedang coba-coba media menulis lain, mulai dari tumblr, kembali ke twitter (sekarang jenuh lagi), sampai fitur story dan caption di instagram. Setelah baca-baca blog ini, rasanya banyak yang telah terekam disini, dan sayangnya ada banyak juga hal yang tidak terekam selama beberapa bulan terakhir. Padahal sebelumnya sudah berjanji untuk konsisten menulis disini. If only I'm not too busy sleeping and procrastinating xD. Anyways, bukan tanpa alasan saya tidak pernah posting beberapa bulan terakhir. Salah satu alasan terbesar adalah: ternyata menulis bisa menjadi distraksi untuk saya. Kadang saya butuh waktu yang cukup lama untuk menyederhanakan isi kepala saya dan menuangkannya dalam tulisan. Dan saya tidak akan berhenti sampai saya berhasil membuat satu tulisan utuh. Selain itu saya juga sedang berusaha untuk tidak menjadi terlalu ekspresif, takutnya malah membagikan energi negatif karena tulisan saya gegalauan is...

Penerimaan

Penerimaan adalah kunci bagi hati yang sudah sampai pada titik terlelahnya. Kenyataannya yang paling sulit saat kita menghadapi situasi diluar ekspektasi adalah belajar menerima. Misalnya saat hidup kita yang penuh dengan ketenangan, mengalir sesuai rencana, lalu tiba-tiba dihantam ombak besar yang tidak pernah diduga sebelumnya. Atau misalnya saat kita sudah berikhtiar dengan sungguh-sungguh, namun hasil yang didapatkan jauh dari harapan. Saat itulah perasaan berserah kita pada Allah sedang diuji. Jika kondisi iman sedang lemah, akan sulit untuk bersangka baik, bahkan bisa jatuh dalam jurang keputusasaan. Sebaliknya jika iman dalam keadaan baik, justru perasaan menggalaukan tadi bisa kita jadikan sebagai pengingat, bahwa kita hanya makhluk kecil yang butuh Allah sebagai sandaran. Betapa sering kita merasakan kenikmatan menangis dalam sujud, kenikmatan curhat padaNya, kenikmatan memohon ampun padanNya, justru saat kita sedang berada di titik terbawah. Karena itu berdoalah untuk s...

#6 Kelak

Dear myself, Belajarlah untuk menerima bahwa suatu saat akan ada yang masuk ke kehidupanmu, seseorang yang akan menempati ruang paling privasimu. Kelak, kamu harus membuang semua keraguan dan membiasakan diri dengan hal-hal baru. Kamu harus memperhitungkan kembali setiap rencanamu, karena rancanganmu kini tak hanya bergantung pada dirimu. Kamu bangun pagi bukan hanya untuk memikirkan dirimu saja. Cuaca di hatimu tak lagi bergantung pada musimmu saja. Setiap nuansa tak lagi bergantung pada rasamu saja. Kelak, kamu harus belajar berkompromi untuk hal-hal yang tidak kamu sukai, juga membiasakan diri untuk hal-hal sebelumnya tak terbiasa kamu hadapi. Kamu juga harus belajar mempercayakan segalamu pada orang lain. Kamu harus menerima bahwa segala hal harus dibagi. Kamu tak lagi menyimpan segalanya sendirian, setiap bahagia, sedih, khawatir, harap, bahkan marah dan kecewa akan bermuara pada satu tempat. Kelak, kamu harus terbiasa untuk menatap wajah yang sama setiap hari. Sampai kamu...

Random Thoughts

1. I think I miss my home because I feel like I need a space to refill my self. I dont know, I just feel so empty and I wanna fix myself. Or perhaps I just want to avoid reality, avoid people. 2. I feel like myself is divided into two parts. The good one and the bad one. And I hate the fact that the bad part is taking turn at the moment. Actually it plays the main role most of the times. My mind is driven by bad thoughts and now I'm mad at myself for unknown reason. 3. Bogor is so cold these days. I love the weather but It's not really good for me. There is a bump on my neck and I also got diarrhea for two days. But I'm good, I have a very strong body thanks to my immune system. But I also feel so sorry to my body for not taking care of it. I fill my stomach with unhealthy food. It makes me feel bad but it's better than not taking food at all (in my opinion). And yeah, I take my vitamins on daily basis, it's good isn't it. 4. I promised to let myself work ...

This too shall pass

Beberapa hari lalu, saya bersama seorang teman ngobrol santai di perpustakaan, lalu berujung pada curhat-curhatan xD. Kami menceritakan masalah kami masing-masing saat menjalani perkuliahan di sini, and we were like: "really? But you looked fine" "I'm glad I've passed that crazy time. Wkwk xD" Seorang teman juga pernah bilang, kalau kita sebenarnya sudah pernah melewati hal-hal yang sebenarnya kita pikir tidak bisa kita hadapi, tapi toh terlewati juga. Hal ini membuat saya berpikir, bahwa hal-hal berat yang pernah kita hadapi bisa menjadi sebuah pengingat untuk kita, bahwa apapun yang terjadi di depan, kita seharusnya tak perlu khawatir, karena kita pernah melewati hal yang sama bahkan lebih buruk, dan semuanya terlewati juga. Saya mengingat bagaimana di hari pengumuman kelulusan SMA, saya menjadi satu-satunya yang tidak lulus dalam lingkaran pertemanan saya. Bagaimana saya menangis sejadi jadinya di ruang guru. Bagaimana saya melihat teman-teman mer...

2018

Akan segera memasuki usia dua lima, insyaaAllah. Quarter life crisis seperti terasa semakin nyata xD. Tidak muluk-muluk untuk tahun ini. Cukup menata hati agar tidak mudah kecewa. Belajar mengenal diri sendiri lebih dalam, belajar menakar kapasitas diri, belajar mengatur prioritas, dan belajar memperlakukan segala sesuatu sesuai kadarnya, tidak berlebihan, tidak pula meremehkan. Juga belajar untuk hidup di masa sekarang, tidak lagi terlalu menyesali masa lalu, atau mengkhawatirkan masa depan. Semoga semakin ikhlas dalam ikhtiar dan semakin yakin dalam tawakkal. Semoga semakin paham bahwa segala yang dalam genggaman dan segala yang terlewat, adalah sebaik-baiknya takdir. KetetapanNya tidak akan meleset sesenti pun, tidak akan terlambat sedetikpun. Semoga dalam setiap pertambahan angka, kualitas pribadi juga ikut bertumbuh. :)