Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari 2017

Memahami #2

Berusaha memahami adalah hal yang gampang diucapkan tapi sangat susah dilakukan kan? xD. Termasuk saya sendiri. Saya sering mengecewakan orang dan sering juga dikecewakan. Saat itu, semua nasihat tentang saling memahami hanya tinggal teori kosong saja. Berusaha sabar pun cuma karena kita tidak punya pilihan saja. Kita berinteraksi dengan banyak orang setiap hari, dan bukan tidak mungkin dari interaksi itu akan timbul gesekan entah karena hal-hal kecil atau besar. Sehati-hati apapun kita, tetap saja sekali dua kali kita akan terjatuh pada konflik. Dan saat konflik seperti ini, hal yang saya pelajari adalah, tidak ada gunanya memaksakan kehendak, karena dalam keadaan marah, masing-masing pihak akan merasa paling benar. Jika ada yang mau mengalah, mungkin konflik bisa selesai. Sebaliknya, jika kedua pihak masih saling ngotot, maka yang dibutuhkan saat itu adalah waktu jeda. Membiarkan masing-masing pihak merenung, meredam emosi, dan akhirnya saling memaafkan keegoisan masing-masing. D...

I don't know what's wrong with me #2

I noticed everything. I just acted like I didn't. So, why? I don't even try to understand why, but it comes to a nonsense conclusion: I think it was because sort of events I experienced before. Things I learned from the past, when I let my heart trapped into something I'm not supposed to feel. Things that was going beyond control because of my inability to handle my own feeling. Things that I had never experienced before. The time when I let myself drowned into my own expectations. The time when I started to feel uncomfortable. The time when I felt like It was too late. Let me tell you how it felt like. It was like when you want something but you know that in the end, it will either be great or hurts you. You know that the probability to hurt you is bigger than another option yet you just cannot get yourself out from that feeling because getting out will hurts you even more. You know that it is just a dangerous and manipulative thing that you're really attac...

I don't know what's wrong with me

1. I like hanging out with people. But when I spend too much time hanging around there and there, I will miss my room so much. I need at least a whole day to stay at my room, to refill my mind on my own space. 2. But eventho I like being alone at my room after I'm done with humans, I don't like to be alone for a long time. When I am just with myself, my feeling and thingking will go beyond the limit. Haha. And it makes my mood unstable. I hate the feeling of not-really-sure-about-this-feeling-but-I-just-feel-wrong. So I need someone to talk to. Or even just a chit chat on whatsapp. I need companion to keep me sane. Being alone is sometimes frustrating. 3. I'm getting tired with social media. I quit facebook, I quit path, I uninstal my instagram (yes I still have an instagram account, the private one), I uninstall twitter, and I plan to uninstal tumblr but I still need a platform to express my mind. I rarely do blogwalking now, and I mute every updates on whatsapp except...

Anggapan

Kadang dari jauh, semuanya terlihat mengagumkan. Dari dekat, semuanya terlihat baik-baik saja. Sampai kita masuk kedalam dan akhirnya menyadari,  tidak semua hal sesuai dengan ekspektasi kita. Ada hal-hal baik dan buruk yang hanya bisa dilihat saat kamu mengenal lebih dalam. Contoh sederhanya sih anggapan-anggapan orang ke saya. Saya pribadi lebih mudah meng-handle ekspektasi buruk daripada ekspektasi baik. Untuk anggapan-anggapan buruk di luar sana tentang saya, yang bisa saya lakukan hanyalah terus memperbaiki diri. Bukan untuk membuktikan bahwa mereka salah, bukan juga untuk menunjukkan kalau saya baik, tapi emang karena manusia pada dasarnya menginginkan kebaikan dan berusaha untuk terus mencari jalan menuju kesana. Sebaliknya, ekspektasi baik kadang bisa bikin beban di hati. Padahal hidup aja udah cukup berat bebannya xD. Misalnya orang-orang yang sering menganggap saya pintar karena kuliah di jurusan matematika dan pake beasiswa pemerintah pula. Padahal saya justru ser...

Memahami

Kita hidup di lingkungan yang heterogen dimana pergaulan kita sangat kaya dengan keragaman. Entah itu keragaman agama, suku, budaya, sikap, sifat, watak, dan kebiasaan. Semakin kita mengenal banyak orang, semakin kita sering berinteraksi dengan orang-orang yang berbeda, semestinya ruang pemahaman kita semakin terbuka lebar. Pun ruang pemakluman atas apa yang tidak sesuai dengan kebiasaan kita. Dalam pertemanan, hal yang paling dituntut adalah sikap saling memahami, kompromi, introspeksi, dan saling terbuka. Memahami bahwa setiap manusia punya kekurangan, punya masalah masing-masing, punya kebiasaan masing-masing, dan hal-hal lain yang menuntut kita untuk selalu berkompromi. Artinya ada hal-hal yang mau tidak mau harus disesuaikan dan dicocokkan. Dan introspeksi juga penting agar kita tidak selalu menuntut untuk dipahami. Bisa jadi kitalah yang berada diposisi yang salah dan harus memahami keadaan orang lain. Saling terbuka juga penting karena bisa meminimalisir peluang kesalahpahaman...

Perempuan dan Kosmetik

Ceritanya dulu waktu kecil saya suka mandi laut di siang bolong. Alhasil kulit saya jadi coklat mengkilat macam monyet. Akhirnya mama saya jadi rajin lulurin saya dan pas SMP saya udah terbiasa pakai pelembab. Saya sebenarnya lebih suka merawat daripada memoles. Mama saya juga selalu bilang kalau perempuan cantik itu bukan karena make-up tapi hati yang cantik dan kulit yang sehat. Karena itulah saya lebih memilih skincare daripada kosmetik yang bersifat dekoratif seperti make-up. Itupun yang standar-standar aja. Pembersih dan pelembab. Kenal skincare yang macam-macam pas udah kuliah S2. Pakai daily defense cream atau bahasa kerennya DD cream untuk sun protection, sama lip balm karena bibir saya super kering. Dulu saya malas pakai lipbalm, jadi tidak bisa lama-lama di ruang ber-AC karena bibirnya retak dan berdarah kalau senyum xD. Saya tidak sedang mengajak para ladies untuk bertabarruj ya. Nggak kok. Saya suka dengan penampilan apa adanya. Hanya saja memakai krim-krim di wajah seb...

Mereka

Ada dua pasang mata yang seolah menatapku teduh melalui gambar di layar ponsel. Di lebih dari setengah abadnya mereka, dan seperempat abadnya diriku, lamunanku melayang ke masa depan. Membayangkan kelak aku akan mencintai seorang laki-laki, sedalam cintaku pada mereka. Membayangkan kelak aku akan berbakti pada seorang laki-laki, sepenuh baktiku pada mereka. Semoga, sejatuh-jatuh cintanya aku pada seorang laki-laki kelak, cintaku pada mereka akan tetap utuh. /rs/

#5

Dear Ika, Beberapa waktu yang lalu, saya mengikuti sesi perkenalan dengan mahasiswa baru di departemen. Tidak terasa saya sudah menjadi senior :'). Selain perkenalan, salah satu sesi yang diikuti oleh mahasiswa baru adalah tips dan trik bertahan di IPB. Yang entah kenapa membuat saya justru merasa khawatir. Tiba-tiba saya teringat kamu, Ik. Saya khawatir para mahasiswa baru akan menjadi seperti kamu dulu. Yang mentalnya hanyalah mental pencari nilai. Yang mengukur keberhasilan dan kegagalan sesederhana dari tinggi rendahnya nilai. Saya mengingat kamu yang dulu, atau mungkin masih begitu juga sampai sekarang, saya melihat bagaimana usahamu di akhir-akhir masa kuliah. Bagaimana kamu berusaha memperbaiki IPK agar bisa mendapatkan beasiswa kuliah lanjut. Seolah hidupmu hanya tentang ambisi yang ingin kamu kejar. Saya sama sekali tidak meremehkan ambisi dan cita-cita. Karena hal-hal ini adalah sesuatu yang harus dimiliki manusia yang ingin hidup. Tanpa ambisi dan cita-cita, hidu...

Rumah

Sebuah catatan kecil selepas liburan. Saya benar-benar menikmati liburan saya kali ini. Berdiam di rumah adalah sesuatu yang sangat berharga. Beberapa kali saya mengantar mama saya kesana kemari, sesekali saya menengok ponakan yang lucunya minta ampun, sesekali juga pergi mencari sinyal >,<. Selebihnya, saya menikmati waktu di rumah. Kamar mama saya lebih tepatnya. Beberapa target liburan saya tercapai, beberapa tidak. Susah sekali untuk disiplin pada komitmen saat berada di zona nyaman. Walaupun begitu, saya cukup senang bisa menyelesaikan beberapa. Saya juga senang bisa mengajar anak-anak di sekitar rumah mengaji setiap malam. Saya merasa sedikit bermanfaat. Saya senang bisa mendengarkan curhat Mama. Saya senang akhirnya bisa menggendong ponakan baru saya, setelah 6 bulan hanya bisa melihatnya dari gambar. Saya senang bisa melupakan semua kekhawatiran sejenak. Saya juga tetap mengaktifkan internet di ponsel, untuk sekedar tetap terhubung dengan teman-teman. Sesekali siny...

Sampah pikiran: Depresi dan menumbuhkan empati

Ada thread menarik di milis awardee beberapa waktu lalu. Tentang isu mental health yang dialami sebagian awardee luar negeri dan dalam negeri. Baru kali ini saya benar-benar mengikuti diskusi dalam milis. Seorang awardee menceritakan bagaimana pengalamannya melewati depresi dan percobaan bunuh diri. setelah mengikuti diskusi dan membaca blognya, ternyata banyak orang yang pernah mengalami mental health disorder ini. Mulai dari bipolar, depresi sampai ingin bunuh diri. Ada juga yang mengalami gejala bipolar akibat trauma bullying masa kecil. To be brutally honest, saya dulunya memandang sebelah mata para penderita penyakit mental ini. Entah kenapa bagi saya mereka yang mengalami depresi hanya akibat kurang bersyukur saja, toh segala hal kalau disyukuri akan membuat hati kita lapang. Saya dulu punya teman yang broken home, dan saya merasa dia berlebihan dalam menyikapinya. Padahal mungkin karena waktu itu hidup saya ada dalam taraf aman. Keluarga yang hangat, perhatian yang cukup, ru...

Perempuan, jodoh dan S2.

Kemarin saya dan Mama saya ngobrol santai di meja makan. Tiba-tiba bahasannya menyerempet ke arah jodoh. Sebenarnya saya selalu menghindari topik macam begini dengan keluarga saya. " Kamu kalau udah umur 25 belum nikah, udah susah cari jodoh nanti. S2 lagi" Tante saya juga pernah bilang : "Kamu nggak mau sama si X? Dia S2 juga loh" Wkwk xD Ada yang perlu saya luruskan disini: Saya tidak pernah menganggap kuliah sebagai sarana mencari ijazah lalu pamer gelar dan lantas pilih-pilih teman apalagi jodoh. Allah tidak menilai orang dari ijazah, lantas saya siapa mau pilih suami dari strata pendidikan? Wkwk. Alasan saya melanjutkan studi S2 bukan biar uang panai jadi tinggi macam yang di meme itu xD. Bahkan kalau misalnya saya juga menganggap diri saya sebuah barang yang bisa dilabeli dengan harga, saya juga tidak akan melabeli diri saya dengan harga tinggi. Kenapa? Saya yang tau  diri saya dengan semua kekurangannya. Dari segi akademik saya bukan mahasiswa yan...

Setelah setahun: Sebuah surat sederhana untuk teman-teman baikku :)

Teman-teman baikku, setahun yang lalu, saya masuk kuliah seminggu lebih lambat dari kalian. Saya duduk di barisan bangku kanan, dan berusaha sebisa saya menghafal nama dan wajah-wajah kalian. Sangat susah waktu itu, kelas analisis real ternyata diikuti oleh banyak senior, saya bingung, yang mana senior yang mana teman seangkatan. Di kelas aljabar linear dan persamaan diferensial juga sama. Belum lagi anak fastrack yang tidak ada satupun yang saya kenal wajah dan namanya. Anehnya, saat kelas metode komputasi, anak fastracknya berbeda lagi. Saya makin bingung. Butuh waktu berminggu-minggu untuk mengenal Holis sebagai Holis, bukan Sigit, dan untuk mengenal bahwa Sigit adalah Sigit. Karena awalnya saya pikir nama Holis adalah Sigit, dan Sigit entah siapa namanya (bingung ya? Wkwk). Butuh waktu untuk bisa membedakan Hasbi dan Heizlan tanpa tertukar, Butuh waktu juga untuk untuk terbiasa memanggil Tami dengan Tami, karena awalnya saya pikir namanya Tari. Butuh waktu untuk menyadari bahwa m...

Semester Dua.

Semester ini dimulai dengan kepercayaan diri yang sudah hancur berantakan. Perlahan-lahan menata hati kembali, belajar menerima keadaan dan berusaha lebih keras lagi. Semester ini seperti ujian tersendiri bagi mental saya. Saya yang selalu kagok bicara di depan umum, lantas dihadapkan dengan bejibun presentasi. Saya mengambil dua supporting courses di luar Mipa, mata kuliah ilmu sosial yang menuntut untuk berpikir kritis dan berani mengemukakan pendapat. Sesuatu yang selalu saya hindari, nyatanya harus saya hadapi selama semester ini. setelah saya hitung-hitung, saya memiliki 9 jadwal presentasi! Untuk seseorang yang satu saja sudah cukup membebani, 9 presentasi itu keterlaluan! Bukan, bukan presentasinya yang keterlaluan, saya yang keterlaluan karena belum bisa melatih diri menjadi lebih berani. Belum lagi masalah IPK yang bikin kepercayaan diri dan hati saya hancur berantakan. Padahal saat kuliah S1 beberapa kali saya dapat IP dua koma, tapi sekarang rasanya kok beda? semacam ada...

Sampah pikiran 140717

Beberapa waktu lalu saya sempat 'menyembunyikan' blog ini dengan mengubah pengaturan public ke private, artinya hanya saya yang bisa melihat blog ini. Ini karena saya merasa canggung blog saya dibaca orang. Lalu ada yang bertanya, kenapa menulis di blog kalau tidak ingin dibaca orang? Pertama, kenapa menulis? Karena saya menyukai kata-kata dan diksi, karena saya ingin berkarya lewat tulisan. Karena saya tipe orang yang tidak bisa bicara di depan umum. karena saya susah mengekspresikan isi kepala dengan berbicara. Karena tangan saya akan berkeringat hebat dan dingin seperti es saat harus berbicara tentang hal-hal serius di depan orang. Intinya, saya tidak pandai dalam bertutur lewat lisan. Dan tulisan adalah media saya dalam mengekspresikan diri. (Ini lebay sebenarnya wkwk xD) Kenapa harus di blog? Sejujurnya, biar keren! Haha! Saya memulai blog ini sejak tahun 2011 dan tulisan saya beragam, alay, dan berubah-ubah sesuai dengan bacaan saya saat itu. Tapi pada akhirnya bl...

Perempuan Seutuhnya

Sebenarnya tulisan sebelumnya itu mau menjelaskan tentang kedudukan perempuan dan laki-laki yang memiliki fitrah masing-masing, yang tidak bisa disamakan. Tapi seperti biasa, saya menulis karena hal tersebut punya kaitan dengan kehidupan saya. Jadi tulisan ini merupakan sambungan dari tulisan sebelumnya, yang walaupun mungkin agak tidak nyambung, tapi silakan dicari sendiri benang merahnya. Jadi sudah kurang lebih setahun saya menempuh pendidikan magister saya. Beberapa orang kadang mempertanyakan tujuan saya menempuh pendidikan tinggi. Walaupun sekarang perempuan yang bertitel master, doktor atau profesor itu sudah biasa, tapi masih ada beberapa yang menganggap bahwa perempuan tidak perlu terlalu memikirkan masalah pendidikan tinggi karena tempat akhirnya adalah rumah dan dapur. Tidak perlu bertitel panjang karena nanti akan susah dapat jodoh. Tidak perlu kerja di luar karena tugasnya adalah melayani suami dan mendidik anak. Iya, saya paham. Tapi yang perlu diluruskan disini ada...

Sesuai Pada Tempatnya

Awalnya mau dikasih judul Islam dan feminisme, eits tapi rasanya kok berat banget ya? apalagi pengetahuan saya masalah itu masih dangkal sekali. Tapi saya hanya ingin menulis apa yang saya ketahui. Kita mengenal feminisme sebagai suatu gerakan yang mendukung penyetaraan antara laki-laki dan perempuan dalam berbagai bidang. Seperti yang kita tahu, lahirnya feminisme, atau isme-isme yang lain, sebenarnya karena masalah yang muncul di tengah masyarakat.Gerakan ini lahir di Eropa karena dulu perempuan dianggap sebagai kaum inferior dan tidak memiliki hak yang setara dengan kaum laki-laki. Padahal kalau kita mau berbangga, jauh sebelum feminisme lahir, Islam sudah lebih dulu datang dan memuliakan perempuan. Kita ketahui dalam sejarah Arab jahiliyah, perempuan sangat dibenci dan direndahkan, sampai Islam hadir dan menghapus semua diskriminasi atas gender dan status sosial. Semua manusia sama di mata Allah, yang membedakan hanya tingkat ketakwaannya. Yang mengherankan adalah banyak yang...

Kepercayaan Diri

Kepercayaan diri sering dikaitkan dengan fisik, status sosial, dan persepsi orang lain terhadap kita. Menurut saya ini adalah hal yang sebenarnya bisa kita hadapi dengan cara memerdekakan pikiran dan hati kita dari anggapan-anggapan tidak penting. Anggapan bahwa fisik rupawan akan lebih disukai orang-orang, anggapan bahwa status sosial yang tinggi akan lebih dihormati, anggapan bahwa otak yang cerdas akan lebih disenangi, dan anggapan-anggapan lain yang lahir dari kedangkalan kita dalam berpikir dan menghargai sesuatu. Kita terlalu memikirkan penilaian orang terhadap kita, padahal kita yang lebih tau diri kita, nilai, kapasitas dan kemampuan kita. Penilaian orang tidak pernah benar-benar mewakili kita yang sebenarnya. Penilaian buruk orang terhadap kita, jika benar, maka anggap saja itu sebagai sebuah kritik agar kita bisa introspeksi, dan jika salah, anggap saja dia tidak benar-benar mengenal kita. Sebenarnya ada orang-orang yang sudah selesai dengan perkara-perkara di atas, tapi ma...

A Beauty

I'm not a beauty blogger, and this blog is not a beauty blog, obviously. But as a woman, I really want to share my opinion about beauty. As you know, beauty is something that woman really put much effort to get. The definition of beauty is not always the same to every person. It depends on what values ones hold. But in general, our people define beauty as 'good looking'. Moreover, media has succesfully educate us that beauty is having a white skin, a small face, a sharp chin, thick eyebrows, and this and that. What funny is that definition always change time to time. Therefore you need to set your own standard of beauty. I'm 24 now and I don't like make up. I love my bare face. I only use daily defense cream for the sake of sun protection, and little bit lip balm because I have a very very dry lip. I use lipstick once in a while but trust me, I look weird using it. But just for your information, I like to take care of my skin. My mother once said, ' all yo...

Enjoy an offline moment

It never ceases to amaze me to see what technology can do nowadays. Flash back to my childhood, when my father worked abroad, in somewhere far away, the only thing that always made us keep in touch was a telephone in a place named wartel . Every two weeks my mother, my brother and I went to wartel to have a talk with my father. Unluckily, we couldn’t talk too long because it was an international call which cost very expensive. My mother said that before I was born, the communication between my father and her was even worse, by mail. Was it hard? Well, compare to the days we live now, it could be very hard. Okay, lets talk about the situation now. I think we don't need any explanation about communication and information   technology these days. We live in smartphone era where internet is an essential part of life. There are so many messenger application to communicate easily with everyone around the world. There is no longer separation between each country and even continent....

Kekhawatiran untuk bertumbuh

Tepat hari ini saya berusia dua empat. Beberapa doa masuk inbox saya, yang tentu saja saya amini satu-satu. Sebenarnya sudah lama saya berhenti mengistimewakan hari ulang tahun. Tak jarang hari ini berlalu seperti biasa. Hanya saja yang membuat saya begitu terperangah adalah fakta bahwa besok hari saya mulai menuju seperempat abad. Seakan tidak percaya bahwa saya sudah berada di tahap ini. Saat masyarakat dan keluarga mulai melihat saya sebagai sosok yang cukup dewasa, saya masih merasa seperti saya yang dulu, tak ada yang berubah, saya masih dengan sikap dan sifat yang kekanakan. Melihat lagi beberapa tahun ke belakang. Di tahun terakhir saya di SMA, sahabat saya berkata: "saya tidak bisa membayangkan kamu berada di bangku kuliah, kuliah hanya untuk orang-orang dewasa." Saya pun merasa seperti itu, saya belum cukup dewasa untuk itu. Saat sepupu sekaligus sahabat saya mulai menikah dan membangun keluarga kecilnya, saat teman-teman mulai mengirimkan undangan pernikahan a...

Once you learn the lesson, the pain goes away.

Kita kerap kali bertanya perihal bagaimana Allah menguji seseorang. Bagaimana Allah memilih hambanya yang layak untuk naik kelas. Kalimat 'seseorang diuji sesuai dengan kualitas imannya' sebenarnya sudah cukup untuk menggambarkan tentang bagaimana Allah menguji seseorang. hanya saja, kadang kita tidak paham dengan kualitas diri masing-masing. Hanya saja ujian kadang datang dalam bentuk nikmat. Hanya saja ilmu kita terlalu dangkal untuk bisa menilai segala sesuatu. Ada yang bahagia karena hidupnya penuh dengan kemudahan, namun ada juga yang khawatir. Ada yang susah hati saat hidupnya penuh dengan kesulitan, ada juga yang bahagia karenanya. Mungkin yang membedakan penilaian seseorang terhadap kesulitan dan kemudahan yang ia rasakan adalah kadar pemahamannya tentang bagaimana Allah mencintai hambanya. Ada yang terpuruk sangat dalam saat diuji dengan masalah remeh, ada yang tetap tenang walau telah diuji sedemikian hebatnya. Seakan dunia telah lunak di matanya. Seakan masalah ...

Being A Seafarer's Daughter

Some of my friends ussually ask me about how it feels like to be a seafarer's daughter. I didn't know the answer at first, because I thought that it was normal. Nothing's different. My childhood was awesome. One of the best part of my life. My teenage was also good. And my 20s life is amazing. Just like other girls out there. So I didn't think that I have a different life with others. Okay, before I talk about it, let me explain it to you. My dad is a seafarer. That job requires him to go to somewhere far away for a long time. Sometimes it was 6 months, 8 months, a year, and even 13 months. I once forgot his face when I was child, then my mom gave me his photograph so I could remember his face. He is a great man. As a father, husband and friend. He is a strict father sometimes, also a nice friend most of the times. I remember when I was child, I liked to sit at his shoulders and he took me around the house. And until now, when I'm 23 years old, he still treats m...